JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah memastikan harga LPG 3kg dan Pertalite tidak akan naik tahun ini. Lantaran, DPR sudah menyetujui adanya penambahan anggaran subsidi energi ratusan triliun rupiah. Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak semakin terbebani dengan harga-harga yang sudah tinggi.
Penambahan anggaran subsidi sebenarnya hanyalah strategi jangan pendek pemerintah. Untuk jangka panjang, pemerintah tengah menggodok skema pemberian subsidi yang lebih efektif dan tepat sasaran. Pasalnya menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, LPG 3kg dan BBM yang disubsidi, justru lebih banyak dinikmati kalangan mampu.
“Kalau kita lihat bagaimana manfaat yang diterima masyarakat terhadap LPG memang terlihat sekali dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat dengan justru kelompok yang mampu,” kata Febri saat Rapat bersama Banggar DPR RI, Selasa (14/6/2022) kemarin.
Berikut adalah fakta-fakta seputar subsidi LPG dan BBM yang disampaikan Febrio kepada DPR:
Baca Juga: Tarif Listrik Naik 1 Juli, Ini Daftar Golongan yang Masih Dapat Subsidi Listrik
1. Lebih banyak dinikmati orang kaya
Febrio menyatakan, empat desil masyarakat termiskin ternyata hanya menikmati subsidi LPG tiga kilogram sebesar 23,3 persen dari total subsidi. Sedangkan empat desil terkaya menikmati 57,9 persen dari total LPG bersubsidi.
2. LPG mayoritas dari impor
Ia menyampaikan, 80 persen dari total LPG yang diimpor, digunakan untuk LPG kemasan 3kg.
3. Membebani keuangan negara
Febrio menjelaskan, harga komoditas energi semakin meningkat akibat konflik geopolitik namun Harga Jual Eceran (HJE) tetap Rp4.250 per kilogram sejak 2010. Padahal seharusnya dijual sesuai harga keekonomiannya sebesar Rp19.609 per kilogram.
“Ini menunjukkan besarnya beban dari subsidi LPG yang kita lakukan tapi ini keputusan dari kita bersama untuk menjaga daya beli di tengah ketidakpastian 2022,” ujar Febrio.
Baca Juga: Bertemu Petinggi Dior hingga LV, Gibran: Banyak Desainer Mau Ekspor Batik
4. Konsumsi LPG 3kg makin naik
Tahun ini, konsumsi LPG bersubsidi diproyeksikan mencapai 7,82 juta metrik ton, sedangkan konsumsi LPG non subsidi sebesar 0,58 juta metrik ton.
5. Orang kaya "minum" BBM paling banyak
Febrio mengungkap, 60 persen masyarakat terkaya menikmati hampir 80 persen dari total konsumsi BBM bersubsidi atau 33,3 liter per rumah tangga per bulan.
6. Orang miskin "minum" BBM sedikit
Selanjutnya, disebutkan 40 persen masyarakat terbawah hanya menikmati konsumsi BBM bersubsidi sebanyak 17,1 liter per rumah tangga per bulan.
Bahkan selisih antara harga penetapan dengan harga keekonomian dari BBM jenis solar saat ini sangat tinggi yakni Rp5.150 untuk harga penetapan dan keekonomian Rp12.170.
Baca Juga: Viral Video 'Tol Becakayu Ambles', Bina Marga: Konten Pemasangan Grider Box Proyek KCIC di Bekasi
“Nah ini lah yang menjadi evaluasi bagi kita untuk semakin bisa pertajam kebijakan subsidi ke depan,” ucap Febrio.
Febrio menyatakan hal tersebut pada akhirnya mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan subsidi yang lebih tajam yaitu penggantian dari subsidi terbuka menjadi berbasis orang.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.