JAKARTA, KOMPAS.TV — Jenazah Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, akhirnya ditemukan oleh pihak kepolisian Swiss pada Rabu (8/6/2022).
Eril ditemukan pada hari ke-14 pencarian setelah ia dinyatakan hilang pada Kamis (26/5/2022) yang lalu.
Menurut Laporan Koresponden KOMPAS TV di Bern Swiss, Krysna Diantha, jenazah Eril ditemukan tepatnya di bendungan kedua dari titik awal berenang.
Berdasarkan pantauan, Bendungan Engehalde sendiri terbagi menjadi dua, yakni tempat di mana air akan terus mengalir hingga ke bendungan lain. Kedua, air yang mengalir ke turbin pembangkit listrik.
Dalam hal ini, belum ada kepastian dari pihak kepolisian Swiss di mana titik penemuan jenazah Eril.
Diduga titik penemuan jenazah Eril berada di pintu air menuju turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Engehalde.
"Kurang jelas di mana tepatnya jenazah Eril ditemukan, tapi jikalau ditemukannya menyangkut maka besar kemungkinan Eril ditemukan di jeruji menuju turbin PLTA," kata Krysna dalam Breaking News KOMPAS TV, Kamis (9/6/2022).
Tak hanya itu, Krysna juga melaporkan bahwa kondisi air di sekitar Bendungan Engehalde sangatlah deras. Bahkan, orang tidak boleh berenang kira-kira 1 kilometer dari bendungan.
Artinya, satu kilo sebelum bendungan para wisatawan atau warga lokal yang berenang harus segera naik ke permukaan.
Ia juga menyebut, di setiap pintu air di Sungai Aare rata-rata memiliki jeruji yang digunakan menahan sesuatu benda, seperti akar atau ranting pohon, agar tidak masuk ke turbin.
"Swiss terkenal dengan energi airnya yang dijual ke luar negeri, tapi yang ini (Bendungan Engehalde) diperkirakan hanya untuk masyarakat Bern saja karena kecil," ungkapnya.
Baca Juga: Ridwan Kamil Berencana Makamkan Eril pada Senin Depan, Keluarga Masih Rembukan Lokasi Pemakaman
Bahkan, menurutnya setiap ada arus deras maka akan dibangun sebagai pembangkit tenaga air untuk dimanfaatkan warga setempat.
Tak hanya sebagai pembangkit listrik, lokasi tempat ditemukannya Eril biasa digunakan untuk jalan kaki warga Swiss, biasanya ramai oleh orang yang melakukan hiking.
Berbeda dengan di Indonesia, Krisna menyebut biasanya jika terjadi sesuatu di Swiss, maka kepolisian tidak akan memasang garis polisi.
"Akan membangun tenda putih dan mayatnya akan ada di situ difoto dan lain sebagainya. Seperti diambil sampel, namun biasanya hanya dilakukan beberapa saat sekitar 3-4 jam," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.