ABUJA, KOMPAS.TV - Prof. Banji Akintoye, pemimpin organisasi penentuan nasib etnis Yoruba dari kelompok Ilana Omo Oodua Worldwide menyatakan serangan di Gereja Owo pada Minggu (5/6/2022) merupakan bentuk deklarasi perang.
Media Nigeria The Punch melaporkan, Akintoye menuduh para pelaku merupakan teroris dari kelompok penggembala Fulani, etnis yang tinggal di negara itu secara nomaden atau semi nomaden.
"Kekesalan para perampok Fulani perlu dilawan dengan terus terang dan berani, untuk membuktikan kepada pendukung mereka bahwa orang-orang Yoruba tidak akan pernah bisa diintimidasi atau ditaklukkan," terang Akintoye.
Melalui sekretarisnya, Maxwel Adeleye, ia membikin pernyataan berjudul "Serangan Gereja Katholik Owo Adalah Deklarasi Perang Melawan Orang-Orang Yoruba - Akintoye".
Dalam pernyataan itu, pimpinan tertinggi kelompok Ilana tersebut meminta pada Ouwartimi Akeredou selaku Gubernur Negara Bagian Ondo untuk mengeluarkan status darurat terhadap segala bentuk kegiatan penggembala etnis Fulani.
"Kami telah menyatakan dengan sangat tegas bahwa orang-orang Yoruba perlu menegosiasikan keluarnya mereka [etnis Fulani] dari Nigeria, sebagai masalah yang mendesak, tetapi aktor politik partisan kami di Tanah Yoruba tidak pernah menganggap kami serius." lanjutnya.
Akintoye dalam pernyataannya itu mengungkapkan, terdapat masalah antar-etnis di sana, tetapi kelompok Ilana malah diejek ketika mengatakannya.
"Hari ini, kita semua telah dikepung, terutama, di Lagos. Bagi para penggembala [Fulani] yang memiliki keberanian membombardir sebuah gereja di Tanah Yoruba untuk membunuh beberapa orang, menunjukkan bahwa kita sekarang berada dalam bahaya yang realistis," lanjutnya.
"Semua negara bagian barat daya, termasuk para pemimpin Yoruba di negara bagian Kogi dan Kwara harus sama-sama menyatakan keadaan darurat terhadap kegiatan penggembala etnis Fulani. Kita sekarang harus mengambil takdir di tangan kita," tandasnya.
Sebelumnya, terjadi pembantaian di Gereja St Francis, Owo yang menewaskan lebih dari 50 orang pada Minggu (5/6) waktu setempat. Dilaporkan para pelaku menembaki jamaah yang sedang melakukan ibadah misa, lalu meninggalkan peledak setelahnya.
Baca Juga: Lebih 50 Orang Tewas pada Penyerangan Terhadap Gereja di Nigeria
Baca Juga: Kazakhstan Gelar Referendum Konstitusi, Cabut Gelar Istimewa Presiden Pertama
Sumber : The Punch
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.