JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketika diasingkan ke Ende, Nusa Tenggara Timur, sosok Sang Bapak Republik Soekarno sempat menjadi seorang pendidik dan kerap bertukar kabar dan pemikiran dengan beberapa tokoh Islam di Jawa.
Salah satu yang bersurat dengannya adalah Ahmad Hassan, seorang tokoh modernis Islam pendiri Persatuan Islam (Persis).
Surat keduanya pun dibukukan bertajuk “Surat-Surat Islam Dari Endeh” (Persatuan Islam – Bandung: 1936).
Meskipun berbeda soal metode berpikir dan cara pandang, termasuk urusan persoalan ideologi dan pemikiran yang berseberangan antara keduanya, hal demikian tidak menafikkan Ahmad Hassan dan Soekarno bersahabat.
Ia pun rajin berkirim surat dengannya, bicara tentang banyak hal, mulai dari persoalan Islam hingga persoalan nasionalisme yang jadi titik pijak pemikiran Soekarno.
Baca Juga: Ahmad Hassan: Kawan Debat Bung Karno, Ulama dan Tokoh Persis
Baca Juga: Mungupas Sisi Lain Presiden Soekarno sebagai Kader Muhammadiyah
Ramadhan KH, penulis biografi Inggit Garnasih istri Bung Karno, dalam Kuantar Kau ke Gerbang (Mizan, 2014: Hal.319) mengisahkan tentang peristiwa ini.
Kisah bagaimana ketika Inggit dan Bung Karno kedatangan seorang tamu dari Muhammadiyah di Ende. Tamu itu bernama Hasan Din.
“Kami tahu Bung Karno selama di Ende telah mengadakan hubungan erat dengan Persatuan Islam di Bandung dan kami pun mendengar bahwa Bung Karno sepaham dengan Ahmad Hassan, guru yang cerdas itu. Apakah Bung Bersedia pula membantu kami sebagai guru?” kata Hasan Din dikutip Ramadan KH halaman 368.
Di Ende sendiri terdapat beberapa sekolah, termasuk juga sekolah berbasis Muhammadiyah.
“Saya anggap permintaan ini sebagai rahmat, “ jawab Bung Karno.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.