MARIUPOL, KOMPAS.TV - Kota Mariupol hari Senin, (30/5/2022) mulai menggeliat usai dikuasai penuh pasukan Rusia, warga perlahan mulai kembali ke jalan-jalan di kota Mariupol dan perdagangan antar warga mulai marak, seperti laporan Straits Times, Selasa, (31/5/2022).
Hari Senin (30/5/2022), penduduk setempat mengisi daya perangkat listrik dari generator yang disediakan pasukan Rusia dan melakukan perdagangan barter makanan dan pakaian di pasar kaget jalanan Mariupol, sementara di stasiun bus yang kosong, televisi pemerintah Rusia mengeluarkan suara dari layar raksasa.
Lyuba, mengenakan kacamata hitam dan topi untuk melindunginya dari sinar matahari, mengatakan dia sedang mengisi daya teleponnya. Dia telah memutuskan untuk tidak meninggalkan kota, meskipun apartemennya rusak. "Tidak ada listrik, tidak ada air, semuanya sangat sulit, tentu saja."
Seorang pria bernama Nikolai mengatakan dia juga datang untuk mengisi daya teleponnya, karena tidak ada listrik yang tersedia di stasiun kereta tempat dia tinggal sekarang. Tidak ada yang memberi nama keluarga.
Beberapa warga terlihat mengumpulkan barang-barang penting untuk bertahan hidup dalam kotak yang dihiasi dengan simbol 'Z' pro-Rusia.
Yang lain mendirikan kios mereka sendiri untuk menjual - atau menukar - produk, termasuk sayuran dan sepatu. Seorang perempuan yang tidak menyebutkan namanya mengatakan hanya sedikit produk yang tersisa setelah penjarahan melanda kota itu.
Baca Juga: Usai Bersihkan Ranjau di Pelabuhan Mariupol, Rusia Singkirkan Puing dan Buka Layanan Kesehatan
Rusia merebut kendali penuh Mariupol awal bulan ini ketika lebih dari 2.400 pejuang Ukraina yang bertahan menyerah di pabrik baja Azovstal yang terkepung.
Perebutan Mariupol oleh Moskow membantunya mengamankan kendali penuh atas pantai Laut Azov dan menciptakan jembatan darat yang menghubungkan daratan Rusia ke Krimea, yang dianeksasi dari Ukraina pada 2014.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menggambarkan Mariupol sebagai "hancur total", tetapi Moskow berjanji untuk membangunnya kembali.
Kedua belah pihak saling menuduh menargetkan daerah pemukiman dan akhirnya bertanggung jawab atas blok apartemen yang hangus dan tidak dapat dihuni yang sekarang menjadi sebagian besar kota.
Tidak diketahui berapa banyak warga sipil yang tersisa.
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk mendemiliterisasi tetangga selatannya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.