MOSKOW, KOMPAS.TV – Usai Rusia membombardir Mariupol, St Petersburg akan membangun hubungan kota kembar atau sister city dengan kota di selatan Ukraina itu.
Hal itu diungkapkan penjabat Gubernur St Petersburg Alexander Beglov, Selasa (24/5/2022).
Tentara Rusia mengeklaim telah mengambil alih kekuasaan sepenuhnya atas Mariupol setelah tentara Ukraina terakhir di kompleks pabrik baja Azovstal menyerah, pekan lalu. Penyerahan diri itu mengakhiri pengepungan selama hampir tiga bulan yang telah meluluhlantakkan kota dan menewaskan ribuan orang.
Baca Juga: Cerita Foto dari Azovstal: Kehidupan Serdadu Ukraina yang Terjebak di Benteng Terakhir Mariupol
“Mariupol akan melalui tahap yang sulit hari ini dan kami siap untuk mendampingi dalam kebangkitannya,” ujar Beglov, dikutip dari The Moscow Times.
Beglov bersumpah akan membangun konstruksi, perumahan dan gedung serba guna, perawatan kesehatan, pendidikan dan hubungan budaya antara kota terbesar kedua Rusia dan kota pelabuhan strategis Ukraina itu.
Beglov berencana menandatangani perjanjian sister city dengan Wali Kota Mariupol yang ditunjuk Moskow, Konstantin Ivashchenko, ‘sesegera mungkin’. Hal itu terungkap usai pembicaraan antara Beglov, Ivashchenko, dan pemimpin separatis Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin.
Baca Juga: Rusia Klaim Kuasai Mariupol Sepenuhnya, Sebut Pasukan Ukraina di Pabrik Azovstal telah Menyerah
Pekan lalu, Pushilin menyebut bahwa 60 persen rumah di Mariupol tak bisa diperbaiki.
Sementara itu, Moskow dilaporkan akan ‘mengadopsi’ dan berkemungkinan membiayai proyek infrastruktur di kota-kota separatis Donetsk dan Luhanks yang pro-Rusia.
Jika ini terkonfirmasi, Moskow akan menjadi subjek federal Rusia ketujuh yang secara publik menjanjikan dukungan infrastruktur di wilayah Donetsk dan Luhansk yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas, menurut laporan RBC.
“Para pejabat dari Rusia akan menyelesaikan masalah lebih mudah dan cepat dibanding pejabat setempat yang tak tahu harus mulai dari mana,” lapor RBC mengutip salah seorang sumber pejabat Rusia.
Pernyataan Beglov itu dilontarkan seiring sinyal yang kian menguat bahwa Rusia dapat menduduki wilayah yang telah direbutnya selama tiga bulan menginvasi Ukraina itu secara permanen.
Baca Juga: Kendati Kalah, Pertahanan Mariupol akan Terukir dalam Sejarah Ukraina, Disebut Thermopylae Abad 21
Namun, Kremlin menolak klaim yang menyebut bahwa Rusia hendak menduduki wilayah Ukraina secara permanen.
Sebaliknya, Rusia menekankan bahwa ‘kehendak rakyat’ lah yang akan menjadi penentu keputusan wilayah Ukraina di masa depan.
Seperlima wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dianeksasi, Donbas, juga Kharkiv, Kherson, dan Zaporizhzhia, direbut selama invasi Rusia tahun ini, dan kini berada di bawah pendudukan Rusia.
Sumber : The Moscow Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.