WASHINGTON, KOMPAS.TV - Penyelidik Amerika Serikat (AS) yang menyelidiki jatuhnya pesawat China Eastern Airlines sedang memeriksa apakah jatuhnya pesawat secara tegak lurus ke tanah adalah akibat tindakan yang disengaja yang diambil di kokpit.
Pasalnya, sejauh ini tidak ada bukti kerusakan teknis, kata dua orang yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut seperti dilansir Wall Street Journal, Rabu (18/5/2022).
The Wall Street Journal hari Selasa (17/5/2022) melaporkan, data penerbangan dari salah satu kotak hitam pesawat menunjukkan, seseorang di dalam kokpit China Eastern Airlines tipe Boeing 737-800 itu sengaja menabrakkan pesawat ke tanah, mengutip orang-orang yang terlibat penyelidikan awal yang dilakukan pejabat AS.
Jika benar demikian, itu bukan kali pertama seorang pilot atau kopilot dengan sengaja menjatuhkan pesawat penumpang.
Berikut adalah empat contoh lain dari masa lalu:
Penyelidik meyakini, kopilot pesawat mengunci pilot di luar kokpit setelah kapten pilot keluar untuk alasan yang tidak diketahui.
Perekam suara menunjukkan kopilot bernapas sampai saat kecelakaan. Ini menunjukkan dia memang bermaksud menghancurkan pesawat yang sedang melakukan perjalanan dari Barcelona ke Dusseldorf itu.
Kopilot sebelumnya pernah dirawat karena kecenderungan bunuh diri dan dinyatakan "tidak layak untuk bekerja" oleh dokternya. Insiden itu merenggut nyawa 150 orang.
TM470 saat itu terbang menuju Angola dari ibu kota Mozambik, Maputo, dengan 27 penumpang dan enam awak.
Pakar penerbangan memutuskan pilot membuat "serangkaian manuver yang disengaja" yang menyebabkan kecelakaan, menewaskan semua orang di dalamnya. Motif tindakannya masih belum jelas.
Baca Juga: Penyelidik Transportasi AS Pergi ke China untuk Bantu Ungkap Kecelakaan China Eastern Airlines
Mirip dengan kasus Germanwings, kapten pilot penerbangan dari New York ke Kairo ini terkunci di luar kokpit setelah dia pergi ke kamar kecil.
Penyelidikan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menemukan, setelah kapten pilot keluar kokpit, kopilot terdengar terus mengulangi ucapan, "Saya mengandalkan Tuhan" dan menggerakkan tuas pelambatan kecepatan untuk memulai penurunan yang curam.
Semua 202 penumpang dan 15 awak tewas ketika pesawat jatuh ke laut. Kesimpulan NTSB adalah, kopilot bertanggung jawab atas kecelakaan itu, tetapi tidak dapat mengatakan secara pasti mengapa dia sengaja membuat pesawat itu jatuh.
Penerbangan ini gagal mendarat di landasan utama di Bandara Haneda Tokyo dan jatuh di perairan dangkal Teluk Tokyo sekitar 510 meter dari landas pacu. Dari 174 orang di dalamnya, 24 tewas.
Penyelidik menyalahkan kondisi mental kapten atas kecelakaan itu. Presiden maskapai pada saat itu mengatakan, pilot menderita "penyakit psikosomatik" hanya dua tahun sebelum kecelakaan.
Sumber : Straits Times/Wall Street Journal/MSNBC/VOX
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.