JAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Umum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin pamer sebuah cuitan dengan kaos ‘warga NU kultural wajib ber-PKB’ dan mendadak heboh di linimasa.
Menurut pengamat dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, menilai upaya Cak Imin tersebut adalah bentuk upaya namanya agar terus dibicarakan.
“Cak Imin butuh mendapatkan pembicaraan dan atensi dari publik. Baik yang ia dapat itu positif maupun negatif, politikus butuh sorotan itu,” paparnya kepada KOMPAS TV, Rabu (17/5/2022).
Ia pun menyebut, ada suatu kekhawatiran dengan Gus Yahya dan PBNU yang dinilai bisa jadi mempengaruhi PKB.
“Di sosial media beredar desain kaos bertuliskan, Warga NU kultural wajib ber-PKB, NU struktural- terserah. Ini sebenarnya menunjukan kekhawatiran PKB akan hilangnya suara NU kultural,” paparnya.
Foto kiriman Kyai Imam Jazuli Cirebon, keren banget kaosnya, maturnuwun Kyai pic.twitter.com/orc6bHxHkX
— AMI A Muhaimin Iskandar (@cakimiNOW) May 16, 2022
Kekhawatiran ini, menurut penulis buku kontroversial terkait pelengseran Presiden keempat, Abdurrahman Wahid oleh para politisi bertajuk Menjerat Gus Dur (2019) itu menjelaskan, dalam posisi ini ada sedikit kekhawatiran terkait suara PKB.
Bahkan, ia menyebut Cak Imin dan PKB sedang panik saat menyebut pengurus teras yang diduga merujuk pada Pengurus Pusat Nadhlatul Ulama (PBNU) yang dinilai terserah ikut PKB atau tidak.
“Cak Imin dan PKB panik,” paparnya.
Baca Juga: Pasang Surut Hubungan PKB-PBNU Usai Pernyataan Cak Imin soal Suara Pemilu 2024, ini kata Pengamat
Cak Imin sendiri membagikan foto sebuah kaos bertuliskan warga NU kultural dukung PKB ini pada Senin (16/5/2022).
“Foto kiriman Kyai Imam Jazuli Cirebon, keren banget kaosnya, maturnuwun Kyai,” cuitnya.
Imam Jazuli adalah kiai NU yang mengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dan merupakan pengurus PBNU 2010-2015.
Kiai Jazuli ini dianggap yang memelopori gerakan NU kultural wajib ber-PKB yang ramai diperbincangkan.
Dalam banyak kolom tulisannya di Tribunnews, misalnya, Kiai Jazuli ini kerap mengingatkan ada pihak-pihak yang tidak ingin PKB dan PBNU bersatu lagi.
"Saya kadang membayangkan, jika warga Nahdiyyin yang konon berjumlah 80 juta itu, 30 % nya saja sadar politik yaitu dengan ber PKB, tentu PKB akan menjadi pemenang pemilu di 2024, dan itu akan menjadi kemenangan Nahdiyyin," tulisnya.
Tapi menurutnya, kesadaran politik seperti itu pasti itu tidak disenangi banyak pihak, bisa jadi ada pihak yang didorong untuk memisahkan NU dengan politik/PKB.
"Dengan mencairkan politik warga NU menjadi multi partai (bebas partai apa saja), tujuannya agar lemahnya partai politik milik NU sehingga secara politik NU lemah. Itu hanya dugaan saya saja sebagai orang yang awam politik,” jelasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.