JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo memaparkan potensi ekonomi digital Indonesia kepada para pengusaha Amerika Serikat. Ia mengungkapkan, ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai 146 miliar dolar AS (sekitar Rp2.132 triliun) atau nyaris separuh nilai ekonomi digital di Asia Tenggara. Yaitu sebesar 330 miliar dolar AS (sekitar Rp4.821 triliun) di kawasan Asia Tenggara.
Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan yang menjadi bagian agenda Konferensi Tingkat Tinggi AS-ASEAN di Washington DC pada Kamis waktu setempat.
"Di Asia Tenggara nilai ekonomi digital diprediksi mencapai 330 miliar dolar AS pada tahun 2025, dan di Indonesia sendiri ekonomi digital tumbuh 20 persen per tahun untuk mencapai 146 miliar dolar AS pada 2025," kata Jokowi seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/5/2022).
Selain itu, dia juga menyebut iklim ekonomi digital di Indonesia yang saat ini memiliki 2.346 perusahaan rintisan (start-up) atau terbanyak kelima di dunia.
Baca Juga: Kepada Pengusaha AS, Jokowi Tawarkan Peluang Investasi Bahan Baku Industri hingga Ekonomi Digital
Di antara jumlah tersebut, Indonesia memiliki dua startup yang kini telah mencapai status decacorn atau valuasi setara 10 miliar dolar AS dan delapan lainnya yang sudah menjadi unicorn atau valuasi hingga 1 miliar dolar AS.
Ia pun mengajak para pebisnis AS untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
"Saya sangat mengharapkan kontribusi pebisnis Amerika Serikat dalam pengembangan infrastruktur digital, memfasilitasi digital capacity-building, serta mendukung kami masuk global value chain melalui digitalisasi," ujar Presiden.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan harapannya agar kerja sama konkret dengan kalangan pengusaha Amerika Serikat tercipta, yang menguntungkan ASEAN khususnya Indonesia.
Baca Juga: Demokrat Minta PPKM Dihapus agar Ekonomi Tumbuh Lebih Tinggi
Ia juga menyampaikan, Indonesia sebagai Presiden G20 ingin memastikan agar G20 dapat bekerja sebagai katalisator pemulihan ekonomi global, terutama bagi kemajuan negara-negara berkembang.
Khusus dengan Indonesia, Presiden Jokowi menekankan potensi kekuatan Indonesia dalam penyediaan bahan baku industri, penyediaan energi hijau, dan ekonomi digital.
“Sebagai salah satu negara penghasil bijih nikel terbesar di dunia, Indonesia berkembang pesat dalam industri besi dan baja. Saat ini Indonesia menjadi negara penghasil besi baja terbesar nomor dua di dunia,” ucapnya.
Menurut Jokowi, Indonesia juga kaya akan tambang seperti tembaga dan bauksit untuk aluminium, yang akan menjadi tulang punggung industri energi baru dan terbarukan, termasuk baterai litium dan mobil listrik.
Baca Juga: Isi Sambutan Lengkap Presiden Joko Widodo di KTT Asean-AS
Selain itu, Indonesia juga sangat kaya dengan potensi energi hijau. Pembangkit listrik tenaga hidro, surya, dan geotermal sangat berlimpah.
“Kami memastikan bahwa produksi barang penting akan dihasilkan dari pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Kami mengundang pelaku bisnis Amerika untuk investasi di Indonesia,” tutur Jokowi.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.