MANILA, KOMPAS.TV — Lebih dari tiga dekade setelah pemberontakan People Power yang berlangsung sebagian besar secara damai menggulingkan diktator Filipina Ferdinand Marcos, putranya yang memiliki nama sama, muncul sebagai unggulan utama dalam pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada Senin, (9/5/2022).
Hal itu berdasarkan sebagian besar survei preferensi pemilih, seperti laporan Associated Press, Minggu (8/5/2022).
Berikut adalah beberapa fakta kunci tentang isu-isu utama, kandidat utama, dan masalah dalam pemilu presiden di Filipina.
Apa yang dipertaruhkan?
Jika Ferdinand Marcos Jr. menang, itu akan menjadi pembalikan menakjubkan dari pemberontakan pro-demokrasi 1986 yang mendepak ayahnya dari jabatannya hingga jatuh ke jurang keterpurukan global.
Banyak orang Filipina mengingat kekejaman dan penjarahan hak asasi manusia yang terjadi di bawah kediktatoran mendiang Ferdinand Marcos.
Bahkan kemungkinan akan melawan setiap apapun yang dirasakan menjadi ancaman terhadap demokrasi, atau upaya Marcos Jr. untuk memulihkan aset keluarganya yang disita negara sebagai kekayaan haram.
Pemenang pemilu presiden kali ini akan mewarisi masalah besar, termasuk ekonomi yang terpukul oleh pandemi virus corona, kemiskinan, dan pengangguran yang lebih dalam, hiperinflasi karena meroketnya harga minyak dan gas, pemberontakan puluhan tahun, serta perpecahan politik yang tajam.
Presiden Filipina yang akan mengakhiri masa jabatan, Rodrigo Duterte, juga kemungkinan akan menghadapi panggilan pengadilan yang akan menuntut dia atas tindakan keras berdarahnya terhadap mereka yang dianggap tersangkut narkoba dan obat-obatan terlarang.
Kebijakan Duterte telah menewaskan ribuan tersangka yang sebagian besar miskin dan mengkhawatirkan masyarakat internasional.
Pengadilan Kriminal Internasional telah menyelidiki pembunuhan tersebut sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca Juga: Menyusul Hilangnya Puluhan Pekerja, Presiden Filipina Rodrigo Duterte Larang Sabung Ayam Online
Ferdinand Marcos Jr. (Bongbong)
Seorang mantan gubernur provinsi, anggota kongres dan senator, putra berusia 64 tahun dari mendiang diktator melakukan upaya paling mengesankan dari keluarga Marcos untuk merebut kembali kursi kepresidenan.
Ibunya, Imelda Marcos, dua kali gagal mencoba merebut kembali kursi kekuasaan setelah kembali dengan anak-anaknya ke Filipina dari pengasingan di Amerika Serikat, di mana suaminya meninggal pada 1989.
Marcos Jr. membela warisan ayahnya dan dengan tegas menolak untuk meminta maaf dan mengakui kekejaman dan penjarahan selama kediktatoran.
Menikah dengan seorang pengacara dan mendapat tiga putra, Marcos Junior menjauh dari kontroversi, termasuk hukuman pajak masa lalu dan penolakan keluarga Marcos untuk membayar pajak tanah yang sangat besar.
Sepanjang kampanyenya, ia gigih berpegang pada pesan tentang persatuan nasional.
Dia menyangkal tuduhan membiayai kampanye media sosial selama bertahun-tahun yang memanfaatkan troll online untuk mencoreng lawan dan menutupi sejarah kelam keluarga Marcos, menantang kritikus untuk "tunjukkan pada saya (buktinya)."
Baca Juga: Lebih dari 5.000 Mantan Pemberontak Moro Bergabung Menjadi Polisi Filipina
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.