TOKYO, KOMPAS.TV - Hampir dalam segala hal, Akihiko Kondo adalah lelaki Jepang biasa saja. Dia pribadi yang ceria, menyenangkan, supel, banyak teman, punya pekerjaan tetap yang sehari-hari memakai jas dan dasi untuk bekerja. Namun Akihiko adalah seorang budak cinta tokoh fiksi dan menikahinya. Inilah kisahnya seperti dilaporkan New York Times, Senin, (25/4/2022).
Hanya ada satu pengecualian, Kondo menikah dengan karakter fiksi. Ya betul, karakter fiksi bernama Hatsune Miku.
Hatsune Miku cinta abadi Akihiko selama-lamanya adalah penyanyi pop sintesis komputer berambut pirus yang pernah melakukan tur dengan Lady Gaga dan membintangi video game.
Setelah berpacaran penuh pasang surut kehidupan selama satu dekade, yang menurut Kondo menariknya keluar dari depresi berat, dia mengadakan upacara pernikahan tidak resmi kecil-kecilan di Tokyo tahun 2018.
Miku, dalam bentuk boneka mewah, mengenakan pakaian pengantin warna putih, dan Akihiko dengan mata binar dan senyum manis mengenakan tuksedo yang serasi.
Di Hatsune Miku, Akihiko Kondo menemukan cinta, inspirasi dan penghiburan, katanya.
Dia dan bermacam-macam boneka Miku makan bersama, tidur bersama, dan menonton film bersama. Terkadang, mereka menyelinap diam-diam pergi melakukan liburan yang sungguh romantis, lalu memposting foto mereka di Instagram.
Kondo, 38 tahun, tahu betul bahwa orang menganggapnya aneh, bahkan berbahaya. Dia tahu beberapa orang, mungkin mereka yang membaca kisah ini, mengharapkan dia akan move on dari Hatsune.
Baca Juga: Demon Slayer Jadi Anime Terlaris di Jepang, Raup Keuntungan Rp 5,1 Triliun!
Dan, yah, Akihiko tahu persis sepersis-persisnya bahwa Miku tidak nyata, hanya khayalan belaka. Tapi perasaan dan cintanya, sebenar-sungguhnya cinta, hanya untuk dia, hanya Hatsune Miku semata, katanya.
"Saat kami bersama, dia membuatku tersenyum," katanya dalam wawancara baru-baru ini. "Dalam hal itu, dia nyata."
Kondo adalah salah satu dari ribuan orang di Jepang yang menikah tidak resmi dengan karakter fiksi dalam beberapa dekade terakhir, dilayani oleh industri besar yang bertujuan memuaskan setiap keinginan budaya penggemar yang kuat.
Puluhan ribu lainnya di seluruh dunia bergabung dengan grup online di mana mereka membahas komitmen mereka terhadap karakter dari anime, manga, dan video game.
Kondo melihat dirinya sebagai bagian dari gerakan yang berkembang dari orang-orang yang mengidentifikasi diri sebagai seorang "fiktoseksual".
Itulah yang memotivasi dirinya untuk mempublikasikan pernikahannya dan mengikuti wawancara yang rasanya canggung dengan media berita di seluruh dunia.
Dia ingin dunia tahu, orang-orang seperti dia ada di luar sana dan, dengan kemajuan kecerdasan buatan dan robotika, yang memungkinkan interaksi yang lebih mendalam dengan benda mati, jumlah mereka kemungkinan akan meningkat.
Ini bukan gerakan politik, kata Akihiko, tetapi minta permohonan untuk dipahami, "Ini tentang menghormati gaya hidup orang lain,"
Baca Juga: Viral Bekam Tanduk Api Mirip Karakter Anime, Netizen: Gua Kira Kimimaro...
Bukan hal yang aneh jika sebuah karya seni memprovokasi emosi nyata, apakah itu marah, sedih, gembira, dan fenomena atas hasrat tentang semua yang serba fiksi bukanlah hal yang unik di Jepang. Biasa saja.
Tetapi gagasan bahwa karakter fiksi dapat menginspirasi kasih sayang yang nyata, atau bahkan cinta, mungkin mencapai ekspresi tertingginya di Jepang modern, di mana sentimen tersebut memunculkan subkultur yang sangat terlihat dan meletakkan dasar bagi industri yang kini berkembang.
Di Tokyo, dua distrik menjadi kiblat untuk memenuhi hasrat impian berbasis karakter fiksi, yaitu Akihabara (untuk pria) dan Ikebukuro (untuk perempuan).
Toko-toko khusus di lingkungan ini dipenuhi dengan barang dagangan untuk karakter dari game dan anime populer.
Produk untuk perempuan sangat luas. Fans dapat membeli surat cinta dari gebetan mereka, reproduksi pakaian mereka dan bahkan wewangian yang dimaksudkan untuk membangkitkan 'rasa hadir' mereka.
Hotel menawarkan paket khusus, yang menampilkan perawatan spa dan makanan mewah, untuk orang-orang yang merayakan ulang tahun karakter favorit mereka.
Dan di media sosial, orang-orang memposting foto, seni, dan catatan campuran untuk mempromosikan "oshi" mereka. Oshi adalah istilah yang banyak digunakan oleh penggemar Jepang untuk menggambarkan objek kasih sayang mereka.
Bagi sebagian orang, hubungan tersebut merupakan penolakan terhadap model pernikahan "pencari nafkah - ibu rumah tangga" yang mengakar di Jepang, kata Dr Agnes Giard, seorang peneliti di Universitas Paris Nanterre yang mempelajari pernikahan fiksi secara ekstensif.
Baca Juga: 5 Anime di Netlix yang Aman Ditonton Saat Puasa
"Bagi masyarakat umum, tampaknya memang bodoh menghabiskan uang, waktu, dan energi untuk seseorang yang bahkan tidak hidup," kata Dr Giard.
"Tetapi bagi pecinta karakter, itu dianggap penting. Itu membuat mereka merasa hidup, bahagia, berguna, dan bagian dari gerakan dengan tujuan hidup yang lebih tinggi."
Alih-alih menjadi lebih terisolasi sebagai akibat dari hubungan mereka, perempuan mendapat manfaat dari komunitas rumit yang berkembang di sekitar mereka, kata Dr Giard.
Dalam pengalamannya, perempuan melihat pernikahan fiktif sebagai pemberdayaan, "cara untuk menantang norma gender, perkawinan dan sosial".
Dalam beberapa hal, komitmen Kondo untuk Miku juga merupakan contoh dari kekuatan komersial dan sosial yang sedang bekerja.
Meskipun Miku sering digambarkan sebagai karakter tunggal, dia sebenarnya adalah bagian dari perangkat lunak, "penyanyi dalam kotak" digital yang dipasangkan dengan avatar kartun yang muncul dalam konser dalam bentuk hologram.
Sumber : Kompas TV/New York Times/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.