Tiga pekan lalu saya berangkat bersama tim Aiman ke lokasi Agen minyak goreng di dekat Pasar Rawabadak, Tanjung Priok Jakarta Utara. Saya melihat antrean luar biasa. Miris dan sangat sedih saya melihatnya, bahkan ada seorang kakek yang ikut mengantre berjam-jam. Tapi akhirnya ia tak mendapatkan minyak goreng untuk berjualan. "Saya mau beli, bukan mau nyolong!" kata-kata itu yang ia lontarkan ketika saya mencoba untuk menenangkannya bersama salah seorang Ibu anggota Satpol PP Kelurahan setempat.
Namun Jumat lalu, persis 3 pekan saya datang ke tempat yang sama, antrean hilang seketika. Hal ini terjadi setelah ada penindakan oleh Kejaksaan Agung, atas 4 tersangka.
Satu di antaranya adalah Pejabat tinggi Kementerian Perdagangan sang pembisik menteri di Rapat soal Mafia Minyak Goreng, Maret Lalu, dan tiga lainnya adalah Bos Besar perusahaan sawit bahan baku dan juga penghasil minyak goreng.
Dari Fenomena ini, seolah menunjukkan mafia itu memang nyata adanya!
Sebelum saya mengupas soal ini. Saya ingin menggambarkan terlebih dahulu, apa yang terjadi kini. Saya mewawancarai di Program Aiman, Kompas TV, beberapa orang pembeli yang ada di sekitar agen di kawasan Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka yang datang bisa membeli jeriken Minyak Goreng, tanpa antre!
Bahkan rata - rata dari mereka bisa membeli hingga 5 jeriken dalam 1 hari.
Bayangkan dengan kondisi 3 pekan lalu.
Miris melihat mereka antre, sejak Subuh hingga maksimal pukul 9 pagi. Mereka berupaya mendapatkan minyak goreng seharga Rp 15.500/Kg. Dan maksimal mereka hanya bisa mendapatkan 17 kilogram saja.
Untung yang mereka dapatkan hanya sekitar 1.500 per Kilogram. Jadi Antre 3 jam, hanya mendapat untung tidak sampai Rp 30 Ribu.
Mayoritas dari mereka adalah pedagang eceran alias warung kecil, selain itu ada pula pedagang makanan dan penjual gorengan.
Kenapa mereka tetap bersedia antre, khususnya bagi pemilik warung sembako?
"Kan bisa saja, mereka hanya menjual beras atau telur dan terigu misalnya?"
Saya tanyakan soal ini di Program AIMAN Kompas TV, ke mereka. Ternyata sebagian besar pembeli enggan membeli tanpa ada minyak goreng. Mereka akan beralih membeli beras, telur, dan yang lain ke warung yang menjual lengkap dengan minyak goreng.
Mendag M Lutfi pernah menyatakan bahwa mafia minyak goreng ini jahat dan rakus.
"Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat," katanya di depan DPR pada Kamis (17/3/2022) lalu.
Bahkan Menteri Lutfi sesumbar akan mengumumkan sang mafia pada Senin 4 hari setelahnya!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.