JAKARTA, KOMPAS.TV - Ekonom senior Awalil Rizky menyebut pemerintah tidak melakukan perencanaan utang negara dengan baik.
Awalil mengungkapkan, dalam setahun rencana utang bisa berubah hingga dua kali yang seharusnya dilakukan setidaknya dalam periode 15 tahunan.
"Argumen pemerintah selalu menambah utang dari periode sebelumnya dengan alasan 'kami produktif', ukurannya bagaimana? Apakah utang meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi? Ternyata kan tidak," kata Awalil dalam diskusi daring bertajuk "Masa Depan APBN dan Warisan Utang Jokowi" yang diadakan LP3ES, Minggu (24/4/2022).
"Apakah jalan-jalan yang dibangun, apakah bandara, apakah bendungan dan seterusnya itu benar-benar berdasarkan perencanaan yang memperlihatkan arus cash di masa mendatang? Kalaupun tidak arus cash langsung ke negara, adalah dorongan kepada perekonomian yang nantinya membuat negara akan dapat. Itu tidak terlihat semua," ujarnya.
Untuk membuktikan produktif atau tidak, menurut Awalil, harus ada penjelasan yang detail dan komprehensif.
"Saya tidak melihat ada itu," ungkapnya.
Selain itu, ia juga menilai posisi utang bukan masalah terbesar Indonesia.
"Bukan posisinya. Posisinya memang masalah. Tetapi masalah terbesar Indonesia adalah kemampuan membayarnya," ungkapnya.
"Yang disebut produktif, tidak terbukti sejauh ini. Dan tampaknya sulit terbukti di depan."
Menurut dia, utang Indonesia tidak direncanakan dengan baik.
"Bukan utang seribu atau dua ribu, tetapi kamu rencananya utangnya berapa? Kemarin realisasinya berapa? Selalu realisasi lebih buruk dari perencanaan. Kecuali 2021," ujar Awalil.
Ia juga mempertanyakan apakah dengan pemerintah membuat utang akan meningkatkan laju ekonomi?
Baca Juga: Amien Rais ke Presiden Jokowi: Waktu Anda Tinggal 30 Bulan, Jangan Tambah Utang Lagi
Sumber : KOMPAS TV/Kompas.com/Kontan
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.