WASHINGTON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengeklaim kota pelabuhan strategis Mariupol "belum jatuh" ke tangan Rusia. Pasukan Ukraina yang terkepung akan mempertahankan kota itu dari serangan Rusia dan akan "berjuang sampai akhir."
Perdana Menteri Denys Shmyhal berbicara beberapa jam setelah Rusia memberi ultimatum pasukan perlawanan Ukraina terakhir yang masih bertahan dan bersembunyi di pabrik baja Azovstal untuk meletakkan senjata dan akan dibiarkan hidup.
"Kota masih belum jatuh," kata Shmyhal, seperti dilaporkan France24, Minggu (17/4/2022).
"Masih ada pasukan militer kita, tentara kita. Jadi mereka akan berjuang sampai akhir."
Sebagai tanda situasi putus asa yang dihadapi pasukan yang terkepung, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Sabtu (17/4/2022) mengatakan, jika pasukan terbunuh, maka pembicaraan damai dengan Moskow akan dibatalkan.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengatakan pembicaraan berada di jalan buntu.
Shmyhal mengatakan Ukraina menginginkan solusi diplomatik, tetapi menambahkan, "Jika Rusia tidak menyukai negosiasi, kami akan berjuang sampai akhir, tentu saja. Kami tidak akan menyerah."
"Kami tidak akan meninggalkan negara kami, keluarga kami, tanah kami. Kami akan berjuang sampai akhir."
Baca Juga: Rusia Klaim Kuasai Mariupol Sepenuhnya, Perintahkan Pejuang Ukraina Menyerah atau Mati
Ditanya tentang laporan bahwa Putin yakin Rusia memenangkan perang, Shmyhal menolak.
Sementara beberapa kota dikepung, kata Shmyhal, tidak satu pun, kecuali Kherson di selatan, yang jatuh ke Rusia. Dia mengatakan lebih dari 900 kota telah dibebaskan.
Namun, jatuhnya Mariupol akan menjadi pukulan telak bagi Ukraina, baik secara strategis maupun simbolis, karena akan membantu Moskow membuka jalur darat ke semenanjung Krimea yang diduduki Rusia.
Shmyhal sekali lagi memohon negara-negara Barat untuk mengirim lebih banyak amunisi dan senjata untuk memperkuat pasukan Ukraina yang sudah kekurangan personel, dan juga memohon lebih banyak bantuan keuangan.
Negara itu, katanya, sedang melihat bencana kemanusiaan besar, dan membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk menyelamatkan ekonomi di masa depan.
"Sekarang, hanya setengah dari ekonomi kita yang bekerja, dan Ukraina menghadapi defisit anggaran bulanan yang sangat besar, senilai USD5 miliar," kata Shmyhal.
Dia mengatakan para pejabat Ukraina akan berada di Washington dalam minggu mendatang untuk mendesak kebutuhan negara itu pada pertemuan musim semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Baca Juga: Orang Paling Kaya Ukraina Janjikan Bangun Kembali Mariupol yang Luluh Lantak
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.