JAKARTA, KOMPAS.TV - Bagi masyarakat Indonesia, Nuzulul Qur’an memiliki arti tersendiri. Malam Nuzulul Qur'an tidak hanya diisi oleh ibadah semata, tapi juga dirayakan bersama-sama.
Nuzulul Qur'an sendiri biasanya diperingati pada tanggal 17 Ramadan atau 21 Ramadan. Nuzulul Al-Qur'an adalah peristiwa diturunkannya Al-Qur'an ke bumi pertama kali oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, hingga akhirnya abadi hingga kini sebagai petunjuk umat Islam.
Peringatan Nuzulul Al-Quran tersebut bahkan diperingati cukup meriah di beberapa kota di tanah air. Berikut ini merupakan tiga tradisi unik masyarakat Indonesia dalam memperingati malam Nuzulul Qur'an.
Di bumi Serambi Makkah, Aceh, terdapat tradisi unik untuk menyambut Nuzulul Qur’an 17 Ramadan. Yakni, memasak Kuah Beulangong, masakan tradisional khas Aceh.
Warga Desa IIlie, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda misalnya, bahkan menyembelih sapi yang dibeli dari dana sumbangan warga secara sukarela.
“Nanti akan kenduri dan buka puasa bersama untuk Nuzulul Al-Qur'an. Warga gotong royong menyembelih sapi, dari sumbangan masyarakat,” papar Muhammad Nur, Kepala Desa Illie dalam liputan Kompas TV pada 30 April 2021.
Sapi yang sudah dipotong-potong ini akan dimasak bersama oleh warga menjadi Kuah Beulangong dan dijadikan kenduri. Lantas, warga pun membuat kenduri ini untuk buka puasa bersama warga, anak yatim dan fakir miskin.
Baca Juga: Tradisi Bangunkan Sahur Ala Kampung Drumband
Pada 21 Ramadan, di Solo, biasanya terdapat tradisi yang disebut tumpengan atau atau tradisi seribu tumpeng untuk memperingati Nuzulul Qur’an. Nama tradisi ini juga disebut dengan maleman sriwedari.
Dalam tradisi ini, seribu nasi tumpeng dari Keraton Kasunanan Surakarta akan diarak menuju Joglo Sriwedari Solo. Lantas, nasi tumpeng ini dikonsumsi oleh warga Solo.
Di sejumlah daerah di Jawa Timur, ketika Nuzulul Qur’an tiba maka para warga akan memasak masakan terbaik mereka untuk dihidangkan berupa kenduri pada malam hari di Musala atau buka puasa bersama setelah sebelumnya dilakukan khataman Al-Qur'an.
Di Bojonegoro, misalnya, tradisi ini juga disebut dengan istilah kondangan Nuzulul Qur’an.
Dalam tradisi itu, setelah subuh maka di sejumlah musala atau masjid para warga akan khataman Al-Qur’an. Lantas, pada malam harinya saat Nuzulul Qur’an tiba, para warga akan menutup khataman itu -biasanya di juz terakhir Al-Qur’an akan dibacakan bersama-sama warga dan diakhiri dengan makan kenduri.
Tradisi ini juga berbeda-beda di banyak tempat di Indonesia. Hal ini mengingat peringatan Nuzulul Qur’an begitu penting karena di situlah tempat Qur’an kali pertama diturunkan.
Demikianlah tiga tradisi unik Nuzulul Qur’an di beberapa kota di Indonesia. Bagaimana di tempatmu?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.