Seorang siswa SMA tewas di Yogya, diserang sekelompok orang tak dikenal. Sejauh ini Polisi mengatakan korban tewas akibat tawuran. Penyelidikan pun terus dilakukan. Namun Aiman menemukan fakta baru yang mencengangkan!
Belakangan memang kerap terdengar istilah "Klitih" di Yogya. Padahal Klitih sendiri, awalnya memiliki arti positif, jalan-jalan dalam artian yang positif untuk mencari ide dan sejenisnya. Tak pernah ada istilah Klitih yang merujuk pada hal negatif.
Tapi beberapa tahun belakangan, muncul "Klitih" yang punya konotasi negatif.
Ada tiga yang saya temukan ciri khasnya, mencari korban secara acak, dilakukan penganiayaan berat, dilakukan pada jam ganjil alias tak biasa dini hari atau lewat tengah malam.
Seperti pula yang terjadi pada 7 korban tewas yang terakhir, sejak tahun 2016. Semuanya dilakukan pada jam tengah malam.
Dengan korban dan pelaku tidak mengenal, alias acak, dan pula dilakukan penganiayaan berat hingga meninggal.
Saya mencoba mencari tahu, apa yang sesungguhnya terjadi. Mengapa bisa terjadi terus dan berulang.
Dalam kasus terakhir, yang terjadi pada Minggu Dini hari 3 April lalu, dan menewaskan Daffa Adzin Albasith. Seorang siswa SMA di Yogyakarta, dan kebetulan merupakan anak dari salah seorang anggota DPRD Kebumen, Jawa Tengah.
Hasil penyelidikan Polisi sementara mengatakan, korban tewas akibat tawuran antar remaja.
Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 02.00 Wib saat korban bersama teman-temannya mencari makan sahur.
Menurut polisi, Dafa dan teman-temannya terlibat tawuran dengan sekelompok orang karena dipicu saling ejek.
"Untuk kasus kejahatan jalanan kasuistis kemarin lebih tepatnya tawuran karena ada proses ketersinggungan ejek-ejekan dari dua kelompok," ungkap Dirreskrimum Polda DIY Kombes Ade Ary Syam Indradi, Selasa ((5/4/2022).
Ade menjelaskan, saat itu Dafa dan delapan rekannya berkendara dengan motor keliling ring road selatan lewat jalur cepat.
Lalu, diduga karena terganggu dengan suara motor Dafa dan rekan-rekannya, dua orang pengendara menyusul dan terjadi saling ejek dengan cara memainkan gas motor.
"Akhirnya kelompok korban lanjut ke Jalan Imogiri. Sempat melihat ke belakang kelompok pelaku tidak membuntuti, akhirnya ke Warmindo Gedongkuning," jelas dia, Selasa (5/4/2022).
Di sinilah peristiwa itu bermula. Dafa masuk ke Warmindo Jalan Gedongkuning dan sebagian memarkirkan motornya.
Tak berselang lama, kelompok pelaku melintas sambil "bleyer" atau me-gas serta melontarkan ejekan ke Dafa dan teman-temannya.
Hal tersebut membuat Dafa dan rekannya tersinggung. Dengan empat motor, mereka mengejar kelompok pelaku.
Saat dikejar, kelompok pelaku yang berjumlah lima orang berbalik arah dan siap menyerang kelompok korban.
"Salah satu dari 5 diduga kelompok pelaku turun membawa alat seperti gir diikat dengan kain. Karena kelompok korban kecepatan tinggi motor pertama tidak kena, lalu motor kedualah yang kena. Pengemudi tidak kena, tetapi pembonceng terkena ayunan gir," ungkap Ade.
Baca Juga: Soal Pelaku Klitih, Sri Sultan: Kalau Orangtuanya Sudah Tak Mau Menerimanya Lagi, Kita Rawat
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.