KIEV, KOMPAS.TV - Pemerintah Ukraina mengeklaim warga Mariupol dipaksa Rusia untuk ikut angkat senjata.
Mereka dipaksa ikut berperang untuk melawan pasukan Ukraina.
Meski pasukan Rusia dilaporkan sudah mundur dari beberapa wilayah Ukraina, Mariupol dan Ukraina timur masih dikepung oleh Rusia.
Menurut pemerintah Ukraina, laporan warga Ukraina dipaksa berperang di pihak Rusia juga terjadi di Vasylivka.
Baca Juga: Rusia Marah ke Turki karena Jual Drone Canggih ke Ukraina, Jawaban Ankara Mengejutkan
“Di luar Mariupol, yang sementara ini dikontrol militan Rusia, penjajah mulai memobilisasi para pria,” kata Ombudsman Ukraina, Lyudmila Denisova dikutip dari Daily Star.
“Mobilisasi paksa di wilayah yang diduduki Rusia melanggar artikel 51 dari Konvensi Jenewa, yang melarang keras kekuatan penjajah memaksa orang-orang yang dilindungi bertugas di angkatan bersenjata atau tambahannya. Sepertinya para pria ini dipaksa berperang sebagai unit dari tentara yang rasis,” tambahnya.
Denisova mengungkapkan hal itu dalam seruannya kepada PBB dan Organisasi Kerja Sama dan Keamanan Eropa untuk menginvestigasinya.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Parlemen Yunani bahwa satu-satunya yang tersisa di Mariupol adalah populasi yang hancur sekitar 100.000 orang.
Baca Juga: Pengakuan Pegawai Chernobyl saat Disandera Tentara Rusia, Ketakutan Terjadinya Bencana Nuklir
“Mayoritas gedung di kota itu sudah hancur sepenuhnya,” kata Zelensky.
“Militer Rusia sudah menghancurkan segalanya. Rumah sakit, rumah sakit bersalin, gedung, teater kota di mana banyak warga sipil bersembunyi dari bom,” tambahnya.
Jumlah warga sipil yang terbunuh oleh penembakan dari tentara Rusia saat ini belum bisa dikonfirmasikan secara resmi.
Namun, Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov memperkirakan jumlahnya mencapai 30.000 orang.
Sumber : Daily Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.