JAKARTA, KOMPAS.TV - Ibnu Muljam, seorang yang dikenal fasih agama dengan keji membunuh Khalifah bin Abi Thalib. Peristiwa itu terjadi ketika Ali sedang salat subuh di bulan suci Ramadan, tepatnya 17 Ramadan tahun ke-40 Hijriah atau 661 M.
Ibnu Muljam sengaja datang ke Kufah, Irak, tempat Ali, untuk membunuhnya dengan membawa sebilah pedang yang sudah dilumuri dengan racun mematikan.
Dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah karya Prof. Dr. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif dikisahkan bagaimana Ali akhirnya wafat akibat racun mematikan tebasan pedang dari Ibnu Muljam.
“Tebasan pedang beracun itu sangat mematikan, sehingga tiada harapan bagi Ali untuk selamat dan sembuh,” tulisnya.
Peristiwa ini begitu memilukan dan tercatat sebagai salah satu pembunuhan paling keji dalam sejarah Islam.
Betapa tidak, sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib, seorang yang menantu dari Rasulullah dan pemimpin umat Islam dibunuh hanya karena berbeda tafsir politik dan keagamaan.
Padahal, semasa pemerintahan Amirul Mukminin kedua, Umar bin Khattab, Ibnu Muljam mendapatkan kepercayaan sebagai pengajar Al-Qur’an. Oleh Umar, bahkan rumahnya diperluas dan didekatkan dengan masjid demi pengajaran Al-Qur’an.
Baca Juga: Kisah Pilu Wafatnya Putri Rasulullah Fatimah Azzahra di Awal Ramadan, Bikin Sayyidina Ali Terpukul
Ibnu Muljam sebenarnya adalah sosok pendukung khalifah Ali bin Abi Thalib. Sikap politiknya yang berbeda ketika terjadi perang Shiffin yang mengawali ketidakberpihakannya.
Berawal dari Perang Shiffin, perang antara pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah pada tahun 37 H/ 648 M. Perang ini terjadi lantaran ada dugaan dan saling tuduh menuduh terkait pembunuhan Khalifah ketiga, Usman bin Affan. Apalagi ada perpindahan kekuasaan dengan naiknya Ali sebagai Khalifah keempat.
Ketika kelompok Ali hampir menang, Muawiyah menawarkan perundingan (tahkim) sebagai penyelesaian permusuhan.
Ali menerima tawaran Muawiyah, sehingga menyebabkan 4.000 pengikutnya memisahkan diri, keluar dari barisan. Ia merasa, baik Ali maupun Muawiyah tidak benar dan dicap sebagai kafir.
Sejarah mencatat, kelompok ini nantinya disebut sebagai kelompok khawarij. Khawarij berasal dari kata kharaja artinya keluar/membelot, termasuk di dalamnya adalah Ibnu Muljam.
Khawarij menyatakan, permusuhan harus diselesaikan dengan kehendak Tuhan, bukan perundingan (arbitrase). Khawarij juga mengkafirkan terhadap mayoritas umat muslim yang moderat dan menuduhnya sebagai pengecut dan kafir.
Ali bin Abi Thalib dianggap bersalah karena telah setuju arbitrase, padahal sejatinya Ali cuma ingin perdamaian antar umat Islam. Peperangan antara saudara tidak akan menyelesaikan masalah, maka ia menawarkan perundingan dan dialog.
Oleh Ibnu Muljam dan kelompok Khawarij, Ali akhirnya dibunuh. Sebuah kisah pilu yang akan terus diingat dalam sejarah, beda tafsir pemahaman dan politik ternyata bisa begitu merusak seperti Ibnu Muljam dan kelompoknya Khawarij.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.