MOSKOW, KOMPAS.TV – Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan murka usai mengetahui adanya sejumlah prajurit yang menolak berperang di Ukraina.
Sekitar 60 personel pasukan terjun payung Rusia di wilayah Pskov dilaporkan menolak untuk ditugaskan dan berperang di Ukraina.
Harian Pskovskaya Gubernia pada Rabu (6/4/2022) mewartakan, para penerjun payung di area itu dikerahkan ke Belarusia beberapa hari setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu.
Namun, melansir Moscow Times pada Kamis (7/4/2022), sebagian besar prajurit kelompok elite itu dikembalikan ke Pskov dan dipecat setelah menolak untuk berperang. Beberapa personel lainnya diancam dengan tuntutan pidana karena desersi.
Baca Juga: Inggris Akui Ada Prajurit yang Desersi dan Pergi ke Ukraina untuk Perang, Akan Ada Sanksi
Nikolay Kuzmin, aktivis setempat, menyatakan bahwa ia telah berbicara dengan seorang sopir yang membantu mengangkut prajurit penerjun payung itu kembali ke Pskov. Kuzmin menyebut bahwa sang sopir membenarkan laporan itu.
Diperkirakan, jumlah prajurit yang menolak berperang di Ukraina akan melonjak tajam.
“Sumber militer kami menyebut bahwa para komandan kini tak mau menerima pengunduran diri apa pun,” tulis harian Pskovskaya Gubernia. “Sebagai gantinya, banyak komandan yang mengirim mereka (para prajurit) ke kantor kejaksaan militer (untuk dituntut pidana karena desersi).”
Pemberontakan itu jelas membuat malu Putin. Ia bahkan menginstruksikan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu untuk mengirim salah satu perwira paling senior yang dimilikinya ke Pskov untuk menangani proses persidangan prajurit yang desersi itu secara personal.
Sejak perang Rusia-Ukraina dimulai, ini bukan kali pertama Putin dipermalukan akibat pemberontakan tentaranya sendiri.
Baca Juga: Mantan Tentara Inggris: Taliban Lebih Hebat Dibanding Tentara Rusia
Putin kerap memperlihatkan ketidaksabarannya dengan pasukan dan stafnya. Ia bahkan mencap siapa pun yang menentangnya sebagai pengkhianat.
Masalah jatah makanan yang kurang ditengarai sebagai pemicunya. Seorang prajurit Rusia dari Pskov, Vladimir Safronov (23), mengaku pada para interogator Ukraina tentang masalah jatah makanan.
“(Jatah) makanan sangat buruk, kami harus mengirit terus-menerus,” kata Safronov, dikutip dari Express.co.uk.
Ia dan prajurit Rusia lainnya, terpaksa menjarah dari warga sipil.
“Sangat sering ada situasi, jatah makanan satu orang harus dibagi ke dua orang. Kami makan dari apa yang kami temukan dalam rumah-rumah warga sipil. Banyak penjarahan, saya melihatnya sendiri. Saya tak mendukung (penjarahan) itu, yang kebanyakan dilakukan oleh para sersan senior dan komandan,” aku Safronov.
Sumber : Moscow Times/Express.co.uk
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.