JAKARTA, KOMPAS.TV - Bulan Ramadan merupakan bulan yang begitu istimewa bagi umat Islam. Satu di antara penyebab bulan Ramadan istimewa adalah turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW.
Wahyu pertama dari Allah SWT turun kepada Nabi Muhammad yang kala itu memasuki usia 40 tahun. Secara ekonomi, Nabi sudah mulai mapan. Kehidupan rumah tangganya bersama istrinya, Khadijah, berjalan dengan baik.
Tapi, pikiran dan hati Muhammad sebelum menjadi Nabi terus bergejolak. ia melihat kemiskinan, kemungkaran dan segala sesuatu seperti ada yang kurang. Hatinya gelisah memikirkan semua itu.
Usia Rasulullah SAW mendekati 40 tahun. Beliau makin sering merenung, bahkan mulai sering uzlah (mengasingkan diri) laiknya para penganut ajaran hanif lain.
Dinukil dari Mohammed karya Martin Lings, Muhammad muda salah satu yang terpantik ke ajaran yang dianut para leluhur di tanah Mekah tersebut. Hanif bukanlah sebuah bentuk agama, menurut Martin Lings, lebih ke arah spiritual.
Salah satu cara spiritual para penganut ajaran hanif itu adalah melalui proses perenungan. Untuk itulah, beliau biasa mengasingkan diri di gua Hira, di Jabal Nur, dengan membawa bekal air dan roti gandum.
Ketika uzlah beliau memasuki tahun ketiga, tepatnya di bulan Ramadan, Allah menakdirkan Beliau jadi Nabi.
Baca Juga: Doa Nabi Muhammad saat Awal Ramadan, Dibaca agar Berkah
Dari langit, malaikat Jibril turun kepada Nabi Muhammad dengan membawa wahyu pertama bagi umat Islam.
Peristiwa ini terjadi pada hari Senin tanggal 21 Ramadan di malam hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610M.
Waktu itu Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut kalender hijriyah. Atau sekitar 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari menurut kalender masehi.
“Bacalah!” kata Jibril.
“Aku tidak bisa membaca!” jawab Nabi.
Kemudian malaikat Jibril memegang dan memeluk tubuhnya hingga Aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, “Bacalah!”
Nabi tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca!”
Lantas, malaikat Jibril memegang Nabi dan merangkulkanya hingga merasa sesak. Kemudian melepaskannya, seraya berkata lagi, “Bacalah!”
Beliau tetap menjawab.“Aku tidak bisa membaca”.
Lantas, pada rangkulan ketiga itu, dengan dekapan lebih erat, lalu dilepaskan, lalu jibril berkata. “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah”. (Al-‘Alaq: 1-3).
Nabi yang dikenal ummi, tidak bisa baca dan tulis, dengan izin Allah SWT mampu membaca itu. Beliau lalu diangkat sebagai sosok pembawa risalah agama Islam dan lewat lisan beliau menurunkan kitab suci Alquran yang abadi hingga kini, tepat di bulan Ramadan. Wallahu a'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.