Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Rusia Mampu Lakukan Konsolidasi meski Disanksi AS dan Sekutunya, Pengamat: karena SDM Mumpuni

Kompas.tv - 30 Maret 2022, 14:27 WIB
rusia-mampu-lakukan-konsolidasi-meski-disanksi-as-dan-sekutunya-pengamat-karena-sdm-mumpuni
Presiden Rusia Vladimir Putin dinilai mampu melakukan konsolidasi di tengah tekanan dan sanksi negara-negara Barat. (Sumber: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Setelah sebulan invasi Rusia ke Ukraina, negara-negara Barat melakukan sanksi dan berbagai pengucilan terhadap Rusia. Namun, berbagai sanksi itu tampaknya tidak membuat Presiden Vladimir Putin surut.

Bahkan, Putin tampak mampu melakukan konsolidasi internal. Hal itu disampaikan pengajar Program Studi Rusia Universitas Indonesia (UI) Ahmad Fahrurodji saat diwawancarai KOMPAS.TV.

"Sanksi ekonomi dan sanksi-sanksi lain yang dilancarkan AS dan sekutunya, justru menjadi faktor konsolidasi internal yang penting," kata Fahrurodji, Rabu (30/3/2022).

Apalagi, katanya, Rusia sudah sering dikenai sanksi ekonomi oleh Barat. Sehingga, seiring dengan berjalannya waktu, Rusia lebih siap dalam menghadapi sanksi dari Barat. 

Baca Juga: Rusia dan Ukraina Saling Tuding soal Ranjau Laut, Hanyut ke Laut Hitam hingga Capai Turki

Hal itu karena secara ekonomi, Rusia kuat dan self-sufficient atau mandiri untuk menghidupi masyarakatnya dari sumber daya alam yg dimiliki. Hal itu didukung oleh kondisi alam, di mana Rusia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam, teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. 

"Belum lagi energi Rusia yang menjadi kekuatan bangsa ini menjadi faktor penyeimbang tekanan dari Barat," tambah instruktur Bahasa Rusia di Skuadron XIV untuk para penerbang dan teknisi Sukhoi
di Lanud Iswahjudi, Madiun ini.

Sementara dari sisi politik, katanya, Rusia merupakan salah satu kekuatan politik dan militer terbesar di dunia.

Putin juga diuntungkan karena masyarakat Rusia mendukungnya. Sebab, konflik Ukraina tidak hanya urusan negara, tetapi juga urusan bangsa secara umum. 

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan bahwa AS bersama Uni Eropa dan negara-negara Kelompok Tujuh mencabut status perdagangan Rusia sebagai "negara yang paling disukai" karena invasinya ke Ukraina. 

Mencoret Rusia dari status negara favorit akan membuka jalan bagi AS dan sekutunya untuk mengenakan tarif pada berbagai barang Rusia. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan tekanan pada ekonomi negara tersebut yang kini sudah menuju resesi.

Bahkan, organisasi sepak bola dunia (FIFA) sudah menjatuhkan sanksi pada kesebelasan Rusia untuk tidak bermain di Piala Dunia Qatar 2022.

Baca Juga: Rusia Tidak Keberatan jika Ukraina Masuk Uni Eropa, Sementara Kiev Minta Jaminan Keamanan

Namun, berbagai sanksi itu ditanggapi tenang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Mantan agen dinas rahasia KGB itu bahkan dengan bangga mengatakan, sanksi yang dijatuhkan justru akan menyebabkan negaranya bangkit dalam bentuk harga pangan dan energi yang lebih tinggi.

Dilaporkan Al Jazeera, Moskow disebut akan menyelesaikan masalahnya dan muncul lebih kuat.

“Ada beberapa pertanyaan, masalah dan kesulitan, tetapi di masa lalu kami telah mengatasinya, dan kami akan mengatasinya sekarang," tegas Putin.

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x