MOSKOW, KOMPAS.TV - Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Vladimir Putin dan jajarannya tidak akan memakai senjata nuklir dalam perang di Ukraina. Peskov memastikan hal tersebut kendati Rusia terus terpojok oleh “perang total” yang dikobarkan Barat.
Senjata nuklir sendiri menjadi isu sensitif sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Sejak awal invasi, Putin mengindikasikan bahwa ia bisa nekat menggunakan senjata nuklir jika ada pihak ketiga yang mengintervensi di Ukraina.
Pada akhir Februari lalu, Putin pun memanaskan situasi dengan menyiagakan pasukan deterens (nuklir) Rusia.
Akan tetapi, Peskov mengeklaim bahwa Putin atau siapa pun di Moskow tidak pernah “kepikiran untuk menggunakan senjata nuklir.”
“Saya pikir tidak akan terjadi (pemakaian senjata nuklir). Namun, dia (Putin) cukup berani dalam mengatakan ‘jangan mengganggu, jika mengganggu, kami punya segala daya untuk mencegah itu dan menghukum siapa pun yang ingin ikut campur,’” kata Peskov kepada PBS via TASS, Selasa (29/3/2022).
“Tidak ada yang berpikir tentang menggunakan—bahkan ide untuk menggunakan senjata nuklir pun tak ada,” lanjutnya.
Baca Juga: Biden Enggan Tarik Kembali Pernyataannya soal Putin: Saya Tidak akan Minta Maaf!
Peskov menambahkan, sanksi beruntun dan meluas dari negara-negara Barat dianggap Kremlin sebagai deklarasi perang ekonomi total.
Peskov menyebut Rusia tengah beradaptasi dengan situasi ekonomi baru ini. Namun, ia juga menyayangkan respons “tak bersahabat” negara-negara Barat mengenai sanksi ekonomi.
“Kita memasuki fase sebuah perang total. Negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, mereka sebenarnya menggelorakan perang lawan kami di bidang perdagangan, ekonomi, menyita properti-properti kami, menyita dana kami, memblokir hubungan finansial kami. Dan kami harus beradaptasi dengan realitas baru ini,” tutur Peskov.
Di lain sisi, Peskov juga menyorot komentar terkini Presiden AS Joe Biden tentang Vladimir Putin. Ia menyebut pernyataan Biden yang semakin keras, cukup mengkhawatirkan.
“Pernyataannya tentang apakah Putin seharusnya berkuasa atau tidak di Rusia tentu saja tak bisa diterima. Bukan presiden Amerika Serikat yang berhak memutuskan siapa yang menjadi presiden Rusia, melainkan rakyat Rusia yang memutuskannya melalui pemilu,” pungkas Peskov.
Pada akhir pekan lalu, Biden membuat komentar kontroversial dengan menyebut Putin “tukang jagal” dan “tidak boleh dibiarkan berkuasa”.
Gedung Putih telah mengklarifikasi pernyataan Biden bahwa mereka tidak berniat menggulingkan rezim Putin.
Biden sendiri mengklarifikasi bahwa pernyataannya adalah “kemarahan personal”, tidak terkait kebijakan Washington.
Baca Juga: Ada Seruan Boikot jika Putin Datang ke KTT G-20, Indonesia Diminta Lakukan Lobi Politik
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.