JAKARTA, KOMPAS TV - Presiden Rusia Vladimir Putin berniat untuk datang ke konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 di Bali, yang rencananya akan digelar pada 30 - 31 Oktober 2022. Presidensi G20 sifatnya bergilir dan tahun 2022 dipegang Indonesia.
Namun, niat Putin datang dalam KTT G20 itu ditentang oleh sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat lainnya.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono mengimbau agar pemerintah tak boleh gentar dengan ancaman yang datang dari negara barat tersebut.
Baca Juga: Media Asing Soroti Indonesia Tak Depak Rusia dan Putin di KTT G20
"Jangan kita takut dan mau ditekan oleh negara-negara Barat yang memusuhi Putin sejak awal," kata Dave kepada Kompas TV, Jumat (25/3/2022).
Politikus Partai Golkar itu menjelaskan, KTT G20 itu merupakan forum ekonomi antar negara, bukan sebuah agenda politik. Oleh sebab itu, sebagai tuan rumah, Indonesia harus bisa lebih proaktif dalam forum tersebut.
"Kita harus bisa proaktif meyakinkan semua anggota bahwa ini forum ekonomi, bukan forum politik," ujarnya.
Menurut dia, dengan kehadiran Putin nantinya bisa membuahkan perdamaian dari adanya invasi Rusia ke Ukraina.
"Justru dengan kehadiran Putin malah membuat kesempatan kepada para pemimpin dunia tersebut untuk berunding."
"G20 adalah sebuah persatuan negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang maju di dunia. Semua adalah sejajar dan tidak bisa forum ini digunakan untuk membuat permusuhan dengan sesama anggota," kata dia.
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan kehadiran Putin mungkin akan ditentukan oleh beberapa hal, namun hingga saat ini dipastikan Vladimir Putin berniat untuk menghadiri KTT G20.
“(Kehadiran Putin) Akan ditentukan oleh banyak hal, termasuk situasi Covid-19 yang saat ini kian membaik. Namun, ya, hingga saat ini (Putin) ingin hadir,” ujarnya menjawab pertanyaan Antara.
Pernyataan itu diberikan Dubes Rusia untuk Indonesia saat sejumlah anggota G20, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Barat mendesak agar Rusia dikeluarkan dari keanggotaan G20 terkait operasi militer yang dilakukan di Ukraina.
Baca Juga: Biden: Rusia Harus Dikeluarkan dari G20, Bila Indonesia Tidak Setuju, Ukraina Perlu Diundang
Menurut Vorobieva, langkah tersebut akan menjadi kemunduran bagi G20, yang dibentuk untuk merespons situasi dan tantangan ekonomi dunia.
“Tentunya jika Rusia dikeluarkan dari forum semacam ini, langkah itu tak akan memperbaiki, tak membantu perbaikan situasi ekonomi, bahkan sebaliknya tanpa Rusia ini akan sulit,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.