KIEV, KOMPAS.TV - Ketika Ukraina tengah diinvasi Rusia, bahaya bekas konflik sudah mengintai warga setempat untuk bertahun-tahun mendatang.
Bom yang belum meledak di kota-kota besar dan ranjau darat dikhawatirkan mengenai warga sipil jika perdamaian sudah tiba.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Denys Monastyrsky menyebut, butuh waktu bertahun-tahun untuk menjinakkan peluru meriam Rusia yang belum meledak.
Monatyrsky pun mengaku pihaknya akan membutuhkan bantuan Barat dengan tugas besar ini jika perang telah selesai.
“Peluru artileri berjumlah besar dan ranjau telah ditembakkan ke Ukraina dan sebagian besarnya belum meledak, mereka masih berada di bawah reruntuhan dan menghadirkan ancaman nyata,” katz Monatyrsky pada Jumat (18/3/2022) dikutip Associated Press.
Baca Juga: Kesaksian Pengungsi dari Chernihiv Ukraina: Hampir Tak Selamat, Mobil Pengungsi Diledakkan Ranjau
“Ini akan memakan waktu bertahun-tahun, tidak hanya berbulan-bulan untuk menjinakkannya,” imbuhnya.
Selain itu, keberadaan ranjau darat juga mengkhawatirkan Ukraina. Ketika Rusia melancarkan invasi, Ukraina menanam ranjau darat di fasilitas seperti jembatan dan bandara untuk mencegah Rusia menggunakannya.
“Kami tidak akan bisa menghilangkan ranjau dari seluruh wilayah, jadi saya minta mitra internasional kami dan kolega dari Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk menyiapkan tim ahli untuk menjinakkan ranjau di medan tempur dan fasilitas-fasilitas yang dihujani tembakan artileri,” kata Monatyrsky.
Seperti diketahui, bom yang belum meledak dan ranjau darat umum ditemukan di wilayah bekas perang dan ledakannya kerap mengenai warga sipil pada masa damai.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Kisah Evakuasi Sembilan WNI yang Terjebak di Chernihiv
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.