MOSKOW, KOMPAS.TV - Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia tidak akan membalas secara keras ucapan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai “penjahat perang.”
Peskov menyebut pernyataan Biden itu sebagai “hinaan personal”. Ia pun menuduh Biden mudah marah dan lalai sehingga keluar pernyataan tersebut.
Sebelumnya, saat diwawancarai reporter di Gedung Putih pada Rabu (16/3) lalu, Biden menyebut Putin sebagai “penjahat perang”. Ia merujuk pada aksi militer Rusia yang membombardir rumah sakit dan menyandera dokter di Mariupol, Ukraina.
Baca Juga: Biden Ingatkan China Konsekuensi Bila Bantu Rusia, Xi Jinping Minta AS dan NATO Dialog dengan Rusia
Peskov pun mengakui bahwa ucapan Biden itu sampai ke telinga para pejabat Kremlin. Ia menyebut sang presiden AS punya kebebasan untuk membuat pernyataan semacam itu tiap hari.
“Kami memang mendengar dan melihat pernyataan yang menyinggung Presiden Putin yang mana faktanya adalah hinaan personal,” kata Peskov dikutip TASS, Jumat (18/3).
Meskipun demikian, Peskov menyebut pihaknya tidak akan membalas dengan komentar keras yang bisa memicu perselisihan lebih jauh.
“Menilik sifat mudah marah Pak Biden, faktor kelelahan, dan kelalaiannya, yang mana akhirnya menghasilkan pernyataan agresif, kami berkemungkinan akan menahan diri dari membuat komentar tegas apa pun agar tidak memicu serangan lain,” lanjut Peskov.
Akan tetapi, Peskov sempat membalas dengan tegas komentar Biden ketika Putin dianggap sebagai penjahat perang.
Pada Rabu (17/3) lalu, Peskov menyebut komentar Biden tersebut “tidak bisa dimaafkan.”
“Kami menilai retorika dari kepala negara yang bom-nya telah menghancurkan ratusan ribu orang di seluruh negara seperti itu, tak bisa diterima dan tak bisa dimaafkan,” kata Peskov kepada TASS via CBS News.
Baca Juga: Putin Dihina Biden sebagai Penjahat Perang, Rusia Mengamuk: Tak Bisa Dimaafkan
Sumber : Kompas TV/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.