WASHINGTON, KOMPAS.TV - Gedung Putih meremehkan ancaman yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov terhadap bantuan senjata yang masuk ke Ukraina, setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden berjanji untuk mengirim bantuan keamanan senilai lebih dari 800 juta dolar AS, seperti laporan CNN, Sabtu (19/3/2022).
Sebelumnya pada Jumat (18/3/2022), Lavrov memperingatkan bahwa setiap pengiriman senjata yang memasuki Ukraina akan menjadi target "sah" bagi Rusia dan akan dihancurkan.
“Itu adalah ancaman yang telah dia buat sebelumnya,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki kepada Kaitlan Collins dari CNN pada konferensi pers, Jumat, usai pembicaraan antara Biden dan Presiden China Xi Jinping.
Pada konferensi pers itu, Psaki menambahkan “tidak ada pasukan AS yang beroperasi di dalam Ukraina,” dan seluruh pasukan AS beroperasi secara eksklusif di wilayah NATO.
“Saat kita berbicara tentang operasi pergerakan konvoi, dan pergerakan bantuan, bukan badan-badan itu (militer AS) yang akan memindahkan bantuan tersebut di Ukraina,” kata Psaki.
“Kami mengamati dengan cermat apa tindakannya, tindakan eskalasi lanjutan dari Rusia, dan kami akan mengawasi dengan cermat jika mereka menindaklanjuti ancaman itu.”
Sejumlah negara NATO, termasuk Amerika Serikat, menjanjikan bantuan militer ke Ukraina mulai dari drone hingga rudal anti-tank.
Namun Psaki menambahkan, beberapa konvoi juga membawa bantuan kemanusiaan.
“Kami terus memiliki sarana untuk menyalurkan bantuan itu dan kami melakukannya secara efektif dalam beberapa hari terakhir,” katanya.
“Jadi kami akan terus bekerja melalui saluran itu.”
Baca Juga: Rusia Ancam Hancurkan Kiriman Senjata untuk Ukraina, Menlu Sergey Lavrov Tegaskan Itu Target Sah
Pada Jumat, pemerintah Rusia kembali menyatakan, setiap pengiriman senjata ke Ukraina adalah target militer yang sah untuk dihancurkan oleh pasukan Rusia.
Hal itu ditegaskan Lavrov dalam wawancara dengan media Rusia seperti dilaporkan RIA Novosti, Jumat.
"Kami memperjelas, setiap kargo yang akan memasuki wilayah Ukraina, yang kami anggap sebagai pengangkut senjata, akan menjadi target yang sah. Ini sepenuhnya dapat dimengerti," kata Lavrov.
Dia juga menekankan, Moskow tidak akan mengizinkan pasokan sistem rudal anti-pesawat S-300 dari negara lain ke Kiev.
“Untuk alasan pragmatis, mereka percaya Anda dapat meminta anggota NATO yang masih memiliki sistem pertahanan rudal buatan Soviet bahwa itu akan melindungi mereka," jelasnya.
"Saya ingin mengingatkan semua negara yang mungkin mempertimbangkan gagasan ini, sistem senjata Soviet dan sistem buatan Rusia di sana ada karena perjanjian dan kontrak antarpemerintah yang juga punya sertifikat pengguna, nah, sertifikat ini tidak memungkinkan senjata-senjata itu untuk dikirim ke negara ketiga."
Sumber : Kompas TV/CNN/RIA Novosti
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.