YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Invasi Rusia ke Ukraina membuat berbagai pihak mengkhawatirkan perang nuklir. Sebelum invasi, Vladimir Putin telah mengingatkan pihak yang berupaya mengintervensi akan “menerima konsekuensi yang belum pernah terlihat sepanjang sejarah” alias konflik nuklir.
Situasi semakin menegangkan usai Putin memerintahkan pasukan nuklir Rusia siaga setelah menerima “pernyataan-pernyataan agresif” dari NATO.
Sejak perang di Ukraina meletus pada 24 Februari lalu, lebih dari 2,5 juta orang mengungsi dan ribuan warga sipil tewas. Laporan bahwa serangan Rusia menyasar fasilitas sipil seperti rumah sakit pun semakin memanaskan situasi.
Akan tetapi, di tengah konflik yang berkobar hampir tiga pekan, masing-masing pihak kompak menahan diri untuk mencegah eskalasi ke arah konflik nuklir.
Baik NATO atau Rusia tahu bahwa perang nuklir tidak akan menghasilkan pemenang, justru menimbulkan kerusakan besar bagi umat manusia.
Lalu, seperti apakah kiranya kondisi dunia jika ada perang nuklir besar seperti Rusia melawan NATO? Ilmuwan telah meneliti skenario perang nuklir sejak dulu dan memaparkan prediksi jawabannya.
Baca Juga: Dubes AS di PBB Tuding Rusia Hampir Sebabkan Bencana Nuklir di PLTN Zaporizhzhia Ukraina
Hasilnya, dalam skala kecil saja, menurut penelitian tahun 2020 tentang skenario konflik nuklir India-Pakistan, perang nuklir bisa menyebabkan ratusan juta orang tewas akibat efek ledakan dan bencana iklim yang mengikuti.
Apabila perang nuklir berlangsung dalam skala besar, yakni Rusia vs NATO/Amerika Serikat (AS), jumlah korban jiwa diprediksi mencapai miliaran.
Sebagaimana disarikan Alliance for Science Universitas Cornell, Amerika Serikat (AS), sejumlah penelitian pada abad 21 telah memperkirakan dampak perang nuklir terhadap peradaban manusia. Sebuah studi yang dirilis di jurnal Physics Today pada 2008 meneliti skenario perang besar nuklir antara Rusia dan AS.
Penelitian itu membuat skenario jika 4.400 hulu ledak nuklir diledakkan oleh Rusia dan AS. Jumlah ini adalah perhitungan kasar dari setengah total hulu ledak yang dimiliki kedua negara.
Menurut perkiraan Arms Control pada 2021, Kremlin memiliki 4.497 hulu ledak nuklir strategis, sedangkan AS memiliki 3.750.
Perang nuklir ini diperkirakan akan membunuh 770 juta orang secara langsung akibat kekuatan ledakan, gelombang panas, dan radiasi pengion (ionizing radiation). Seperlima populasi AS diperkirakan langsung musnah akibat ledakan.
Baca Juga: Rusia Serang Pusat Riset Nuklir Tertua Milik Ukraina di Institut Fisika dan Teknologi Kharkiv
Sebanyak 4.400 hulu ledak nuklir memiliki kekuatan eksplosif total 440 megaton atau 440 juta ton, yang mana 150 kali lebih besar dari seluruh bom yang diledakkan selama Perang Dunia Kedua.
Perang besar ini juga akan melepaskan 180 teragram jelaga nuklir ke atmosfer, hasil dari kota-kota dan hutan yang terbakar. Jelaga nuklir bisa menyebabkan musim dingin nuklir (nuclear winter) dan bencana iklim yang memicu kelaparan massal.
Pada 2019, sebuah studi yang dirilis di Journal of Geophysical Research: Atmospheres meneliti lebih lanjut skenario perang nuklir Rusia-AS. Sedikit perbedaannya adalah penelitian ini memperkirakan jelaga nuklir yang terlepas sebesar 150 teragram.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.