BANDUNG, KOMPAS.TV - Forum Dosen SBM ITB melakukan rasionalisasi pelayanan, yakni proses belajar mengajar tak dilakukan secara luring maupun daring, sehingga mahasiswa diminta untuk belajar secara mandiri, mulai Selasa (8/3/2022).
Penjelasan itu diungkapkan oleh seorang anggota Forum Dosen SBM, Achmad Gazali. Menurutnya, FD SBM ITB bahkan tak akan menerima mahasiswa baru hingga sistem kembali normal.
Hal itu menyusul adanya kebijakan Rektor ITB yang tak memungkinkan SBM ITB untuk beroperasi melayani mahasiswa sesuai standar Internasional.
Bukan hanya itu, pada 2 Maret 2022, jajaran Dekanat SBM ITB yang dipimpin oleh Utomo Sarjono bersama Wakil Bidang Akademik, Aurik Gustomo, dan Wakil Bidang Sumber Daya, Reza A Nasution telah mengajukan pengunduran diri pada rektor.
"Kami mengkritisi kepemimpinan Rektor ITB yang membuat peraturan tanpa dialog dan sosialisasi, tanpa perhatikan dampak pada pihak-pihak terkait, serta tak ikuti prinsip yang diatur dalam statuta ITB, seperti akuntabilitas, transparansi, nirlaba, penjaminan mutu, efektivitas, dan efisiensi," katanya.
Menurut Gazali, FD SBM ITB juga telah menyampaikan pernyataan sikap yang kepada Rektor pada Senin (6/3/2022).
Baca Juga: Jurusan Sepi Peminat di UI, UGM, ITB, dan Unsoed, Peluang Besar Lolos SBMPTN
Pernyataan sikap itu meminta Rektor ITB berkomunikasi langsung dengan FD SBM ITB, serta beberapa tuntutan.
Tuntutan tersebut di antaranya dikembalikannya azas swakelola dan dilakukan kaji ulang atas peraturan baru yang dikeluarkan Rektor dengan melibatkan perwakilan Majelis Wali Amanat (MWA), Senat Akademik (SA) ITB, serta unit terdampak khususnya SBM ITB, sampai ada kesepakatan bersama agar menjamin semua Fakultas/Sekolah di ITB memiliki kemauan dan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Achmad Gazali menyebut, jumlah dosen yang berkomitmen melakukan rasionalisasi pelayanan ini sekitar 55 orang dosen dari 98 dosen full time.
Sementara, seorang mahasiswa S2 semester akhir SBM ITB, Rizqi Ayunda Pratama berharap agar masalah ini dapat segera terselesaikan.
Sebagai mahasiswa, lanjutnya, dia mendukung penuh program yang saat ini diterapkan SBM ITB, yang menurutnya sudah sangat baik.
Hal itu dibuktikan dengan adanya sertifikasi Internasional AACSB. Bahkan menurutnya, di Indonesia, baru ada di tiga universitas penerima, salah satunya adalah ITB.
"Semoga semua dapat diselesaikan segera dan kami dapat lulus dengan bangga," katanya.
Baca Juga: Indonesia Rawan Bencana, Pakar Gempa ITB: Masyarakat Harus Mengerti dan Belajar!
"Saya awalnya mengikuti program experiencing strategic leadership program di SBM ITB selama tiga bulan pada 2019 sebagai program dari Kementerian BUMN. Dan saya merasakan atmosfer belajar yang sangat intensif dan up to date dengan perkembangan bisnis juga teknologi," katanya, Rabu (9/3/2022).
Dia pun mengaku sangat yakin jika SBM ITB dapat membantunya meraih karier yang lebih baik ke depannya. Sehingga, pada 2021, dia mengambil program ASEAN MBA ITB dan USM dengan biaya sendiri dan mengikuti perkuliahan dengan semangat tinggi.
"Tapi, Jumat lalu saya mendengar kabar atau isu soal eskalasi konflik ini. Terus terang ada rasa kecewa dan demotivasi yang saya rasakan.”
“Karena saya sudah curahkan effort yang tak sedikit untuk kuliah dan belajar dalam waktu bersamaan, waktu keluarga pun saya korbankan lebih dari setahun ini," ujarnya.
Sumber : Tribunjabar.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.