JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti PARA Syndicate Virdika Rizky Utama, menganggap saat ini Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hanyalah perpanjangan tangan dari penguasa, bahkan menyebutnya sebagai partai humas penguasa.
Apalagi pasca keputusan mereka untuk menolak penundaan pemilu, tapi di sisi lain malah dukung UUD 1945 soal amendemen Pemilu yang berpotensi membuat Jokowi bisa menjabat sampai 3 periode.
“Mestinya PSI bisa menjual program yang dekat dengan anak muda. Contohnya punya fokus dengan perubahan iklim, antikorupsi, petani. Ini mereka seolah malah menjadi humas penguasa,” kepada KOMPAS.TV lewat pesan WhatsApp, Kamis malam (3/3/2022).
Virdi, sapaan akrab penulis buku sejarah kontroversial tentang para politisi yang diduga di balik pelengseran Presiden Abdurahman Wahid bertajuk ‘Menjerat Gus Dur’ tersebut, lantas menjelaskan kesalahan PSI ketika mengkultuskan individu belaka, yakni Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Mestinya PSI sadar kalau individu itu ada masanya. Ada titik suatu saat sudah tidak laku lagi. Kalau 2024 Jokowi sudah tidak laku lagi, apa yang bisa dijual dari mereka?”
Virdi lantas menjelaskan, dalam lanskap politik, sebuah partai yang hanya melandaskan partai pada individu akan berpotensi turun sering menurunnya pamor yang didukung.
Baca Juga: Sebagai Pecinta Jokowi, PSI Dukung 3 Periode Lewat Amendemen: SBY hingga JK Boleh Ikut Nyapres Lagi
Apalagi, sebentar lagi pemilu 2024 itu. Virdi menilai akan ada penurunan jika PSI terus seperti sekarang ini.
“Misi politik PSI selama ini kan hanya dekat dan berlindung pada penguasa atau lebih tepatnya satu individu belaka. Selama ini cuma berharap sama satu individu. Kalau individunya turun, dia akan turun,” paparnya.
Apalagi, menurut Virdi, tak ada program yang jelas dan sebagai partai yang kerap mengusung anak muda sebagai jargon, ternyata kurang mewakili aspirasi anak muda, khususnya kelas menengah perkotaan yang dibidik PSI.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.