Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Bertelepon 90 Menit dengan Presiden Prancis, Putin Katakan Tetap Lanjutkan Operasi Militer

Kompas.tv - 3 Maret 2022, 23:38 WIB
bertelepon-90-menit-dengan-presiden-prancis-putin-katakan-tetap-lanjutkan-operasi-militer
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui konferensi video. Putin mengatakan akan melanjutkan operasi militer di Ukraina hingga tujuan Rusia tercapai, yaitu demiliterisasi dan netralitas Ukraina (yang tidak akan bergabung dengan NATO), kata sumber Istana Elysée seperti dilansir CNN, Kamis (3/3/2022). (Sumber: Sputnik / Mikhail Klimentyev)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

PARIS, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada timpalannya dari Prancis, Emmanuel Macron, bahwa ia akan melanjutkan operasi militer di Ukraina. Hal itu terungkap dalam pembicaraan melalui telepon selama 90 menit yang diprakarsai oleh Putin, kata sumber Istana Elysée kepada wartawan pada briefing pada hari Kamis, seperti dilansir CNN, Kamis (3/3/2022).

Pernyataan Kremlin yang dilaporkan kantor berita negara Rusia RIA-Novosti, Kamis (3/3) menyatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam panggilan telepon dengan Macron juga menekankan upaya Ukraina membuat perundingan bertele-tele hanya akan memunculkan tuntutan baru dari Moskow.

Istana Elysee juga menyebut, pembicaraan kedua pemimpin termasuk sulit. Putin menuduh Ukraina melakukan "sabotase (selama) tujuh tahun" perjanjian Minsk, sebuah proses perdamaian yang disudahi Rusia dengan mengakui kemerdekaan dua republik separatis di timur Ukraina, Donetsk dan Lugansk.

"Putin menguraikan secara rinci pendekatan dan kondisi mendasar negosiasi dengan Kiev. Putin menegaskan, yang utama adalah demiliterisasi dan status netral Ukraina, sehingga ancaman terhadap Federasi Rusia tidak akan pernah muncul dari wilayah itu (Ukraina)," demikian pernyataan Kremlin yang dilaporkan RIA Novosti.

"Percakapan ini, sayangnya, hanya mendengar Presiden Putin akan terus melanjutkan intervensi militer sampai selesai," menurut sumber Elysée.

Istana Elysee menambahkan, “(Panggilan itu) memungkinkan Presiden Republik (Prancis) untuk kembali (menyuarakan) ketidaksepakatan yang kita miliki dengan Rusia, mendesak alternatif diplomatik untuk operasi militer, untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Presiden Putin tentang bagaimana kita (Prancis) melihat perang di Ukraina tetapi juga konsekuensinya bagi Rusia dalam jangka panjang,” lanjut sumber itu.

Baca Juga: Menlu Rusia: Terserah Ukraina Pilih Pemerintah seperti Apa, Asal Tidak Jadi Ancaman Militer ke Rusia

Rusia dan Ukraina dilaporkan melakukan perundingan putaran kedua hari ini pukul 15.00 waktu Moskow atau pukul 19.00 WIB di wilayah Brest, perbatasan Belarusia, Ukraina dan Polandia, demikian laporan Ria Novosti, Kamis, (3/3/2022). Rusia dalam perundingan ini membawa proposal perdamaian dalam tiga bagian, kata ketua delegasi Rusia Vladimir Medinsky (Sumber: Ria Novosti)

Kedua belah pihak sepakat untuk menjaga pintu dialog tetap terbuka, menurut pihak Rusia dan Prancis.

Dalam pembicaraan telepon itu, Putin juga membantah telah membombardir Kiev. Ia sekaligus memperingatkan bahwa situasinya akan memburuk, tetapi menimpakan kesalahan itu pada Ukraina.

Sebagai tanggapan, Macron memperingatkan Putin dia membuat kesalahan besar, menurut sumber itu. Macron menegaskan kembali tuntutan Moskow untuk menetralkan dan melucuti senjata Ukraina tidak dapat diterima, dan tanggung jawab konflik ini sepenuhnya berada di pundak Putin.

Tetapi Macron juga mengatakan masih ada waktu untuk diplomasi dan dialog, untuk mengatasi kekhawatiran Rusia dan memasukkan kepentingan Rusia. Namun, tegas Macron, diskusi tidak bisa terjadi "di bawah kendali Rusia" dan harus diselenggarakan oleh mitra internasional, kata sumber tersebut.

Macron juga meminta Putin untuk menghormati Presiden Ukraina, keluarga, kerabat, pejabat negara, dan perwakilan terpilih, menurut sumber tersebut.

Setelah panggilannya dengan Putin, Macron menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

 



Sumber : CNN/RIA Novosti



BERITA LAINNYA



Close Ads x