BANJARMASIN, KOMPAS.TV - Kembali naiknya harga elpiji non-subsidi menjadi pukulan telak masyarakat menengah ke bawah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Ini mengingat sebelumnya gas elpiji non-subsidi sudah dinaikkan harganya pada desember lalu, kemudian berselang dua bulan harganya justru kembali naik.
Baca Juga: 10 Tersangka Curanmor Ditangkap, 20 Unit Sepeda Motor Diamankan Polres Banjar
Kondisi ini pun dirasakan para ibu rumah tangga, diantaranya Dahlia, semakin terbebani, di tengah naiknya sejumlah kebutuhan bahan pokok mulai seperti minyak goreng yang masih sulit didapat dengan harga normal sesuai patokan harga pemerintah.
Sehingga berencana untuk beralih menggunakan gas elpiji 3 kilogram yang lebih murah.
"Tentu memberatkan kami karena minyak goreng langka dan sangat mahal diiringi lagi gas elpiji 5,5 kilo yang mahal, kalau begitu terus kami bisa beralih ke elpiji 3 kilo yang hijau,"ucap Dahlia.
Pemilik pangkalan gas elpiji di Jalan Veteran Banjarmasin mengakui adanya kenaikan harga gas elpiji non-subsidi dari ukuran 5,5 kilogram yang sebelumnya hanya Rp.82.000 naik menjadi Rp.95.000,
Sementara elpiji berukuran 12 kilogram yang dijual Rp. 173.000 melonjak naik menjadi Rp.195.000,-
"Kenaikan dari pertamina, dapat kabar itu sabtu siang dari agen yang memberikan informasi, itu harga yang baru," terang pemilik pangkalan, Adi Chandra.
Baca Juga: Partai Buruh di Kalsel Deklarasikan Diri, Bersiap Hadapi Pemilu 2024, Targetkan Kursi di Legislatif
Harga elpiji non-subsidi mulai naik sejak 27 februari 2022, Pertamina mengkonfirmasi kenaikan ini mengikuti perkembangan industri minyak dan gas yang dipicu sejumlah faktor.
Mulai dari kenaikan harga Contract Price Aramco atau CPA hingga konflik Rusia dan Ukraina.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.