JAKARTA, KOMPAS.TV- Rusia dan Ukraina merupakan dua produsen utama gandum yang terkenal sangat murah dan kompetitif sebagai bahan untuk pembuatan mi instan dan roti, sehingga saat berkonflik pasokan gandum akan terhambat dan meningkatkan harga.
Karena itu, menurut ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, dampak jangka menengah dan panjang dari konflik Rusia dan Ukraina terhadap Indonesia, yakni salah satunya kepada konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah.
"Kalau masyarakat mengeluarkan uang lebih banyak untuk roti dan mi instan maka pengeluaran untuk barang lain berkurang. Jadi akan pengaruhi masyarakat menengah ke bawah yang memiliki porsi pengeluaran untuk makanan lebih besar dari pendapatannya," kata Satria di Jakarta, Rabu (2/3/2022) dikutip dari Antara.
Jika kedua negara terus berkonflik, maka pasokan gandum akan terhambat dan mau tidak mau impor gandum harus dilakukan dari negara lain seperti India, Argentina, maupun Australia.
Namun, ia menyebutkan harga gandum di negara-negara tersebut cenderung lebih mahal dibandingkan Rusia dan Ukraina, sehingga pada akhirnya juga akan menjadi salah satu penyebab lain peningkatan inflasi domestik dan mempengaruhi konsumsi rumah tangga.
Baca Juga: Tidak Kerahkan Pasukannya Lawan Rusia, Ini Kata Presiden AS Joe Biden
Di sisi lain, konflik Rusia dan Ukraina dalam jangka menengah panjang akan turut mempengaruhi iklim investasi negara berkembang, termasuk Indonesia, meski secara temporer.
"Investor akan cenderung mengalihkan dana ke aset aman seperti dolar AS karena kekhawatiran akan konflik," ujarnya.
Sejauh ini, Satria menyampaikan dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian tanah air memang masih terbatas, seperti terhambatnya ekspor kelapa sawit dengan kedua negara.
Kendati demikian, diharapkan pemerintah bisa membuat stimulus ekonomi yang lebih menyasar target dalam menghadapi dampak konflik Rusia dan Ukraina, serta mempersiapkan kebijakan untuk mengatasi kenaikan harga komoditas.
Ia mencontohkan, salah satu kebijakan yang bisa dilakukan yakni dengan menganggarkan subsidi yang lebih tinggi untuk beberapa komoditas yang harganya mulai naik, hingga mengalihkan belanja negara untuk kegiatan prioritas.
Baca Juga: Diinvasi Rusia, Ukraina Dapat Donasi 489 Miliar Rupiah dalam Bentuk Kripto
Hal tersebut juga mengingat sebentar lagi akan terdapat momen Idul Fitri yang akan mengerek berbagai harga bahan pokok di dalam negeri.
Sumber : Kompas TV/ANTARA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.