MOSKWA, KOMPAS.TV - Rusia melakukan operasi militer terhadap Ukraina sejak Kamis (24/2) pagi.
Hal ini langsung mendapat kecaman dari berbagai pemimpin lembaga dunia hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Rusia melakukan serangan ke Ukraina pada Kamis pagi waktu setempat; serangan terjadi di lima wilayah di tiga sisi Ukraina, termasuk bagian Republik Otonom Krimea.
Penyerangan ini terjadi setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan operasi militer ke Ukraina.
Putin mengklaim operasi militer bertujuan untuk melindungi warga yang selama delapan tahun menderita dari rezim Kiev.
Dalam pidatonya, Putin juga memperingatkan negara-negara barat, termasuk Amerika Serikat dan NATO untuk tidak menghalangi Rusia.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia memberi tanggapan atas serangan yang dilancarkan Rusia tadi pagi.
Menurut laporan sementara, situasi di Ukraina cukup terkendali.
Agresi Rusia ini mendapat kecaman dari PBB, dan Uni Eropa.
Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat di Markas PBB di New York untuk mengupayakan solusi atas konflik Rusia & Ukraina.
Sementara itu, pemerintah indonesia menyerukan kepada Rusia dan Ukraina agar menghentikan konflik.
Dalam keterangan pers, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengatakan perdamaian akan lebih baik, karena dunia saat ini sedang menghadapi pandemi.
Di saat yang bersamaan, Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha mengatakan, saat ini ada 138 WNI yang berada di Ukraina.
Kemlu menyebut situasi di Ukraina masih relatif kondusif, serta memastikan WNI di Ukraina dalam kondisi baik.
Untuk membahas terkait serangan Rusia ke Ukraina dan dampaknya bagi Indonesia dan dunia; Kompas TV bahas bersama Profesor Hikmahanto Juwana selaku Pakar Hukum Internasional sekaligus Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani); dan Raymond Sihombing, Koresponden Kompas TV di Moskwa, Rusia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.