JAKARTA, KOMPAS.TV - Bagi orang awam, mereka hanya memahami tiga variabel dalam alur kegiatan ekonomi, yaitu produsen (perusahaan) menjual barang ke distributor (pedagang), lalu berakhir ke konsumen atau produsen langsung menjual barang ke konsumen.
Nyatanya, alur kegiatan ekonomi tak hanya berputar melalui ketiga variabel tersebut saja.
Salah satunya ada business-to-business atau disingkat B2B.
Baca Juga: Setelah Beli Klub Bola, Raffi Ahmad Kini Mulai Bisnis Baru Sebagai Investor Noice
Model bisnis ini adalah transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke perusahaan lainnya.
Lebih lanjut, Investopedia menjelaskan, B2B sebagai transaksi antarbisnis yang umum terjadi dalam industri pasokan bahan baku yang dari transaksi tersebut nantinya digunakan untuk produksi business-to-consumer (B2C).
Contoh dari perusahaan B2B ini adalah produsen bahan baku, perusahaan industri otomotif, industri kebersihan, dan manajemen properti.
Dalam siniar Smart Inspiration konten Inspiration of Smart Information bertajuk “Apa Daya Pikat Perusahaan B2B di Mata Investor?”, dijelaskan fenomena bisnis B2B yang semakin berkembang pesat di tengah pandemi sehingga menarik perhatian para investor.
Menurut artikel Kompas.com, faktor ketertarikan investor dalam bisnis B2B adalah keuntungan yang didapatkan lebih besar dibanding bisnis B2C.
Misalnya, keuntungan bisnis B2B berbasis teknologi aplikasi.
Jika suatu perusahaan B2B teknologi menjual aplikasi ke perusahaan yang membutuhkan, aplikasi tersebut dapat langsung digunakan oleh perusahaan itu.
Dalam perkembangannya, aplikasi membutuhkan pemutakhiran teknologi sehingga ikatan bisnis B2B dengan perusahaan pemakai aplikasi tetap berjalan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.