BERLIN, KOMPAS.TV - Pemerintah Jerman mengumumkan telah menghentikan proses sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia. Keputusan itu diumumkan oleh Kanselir Olaf Scholz, Selasa (22/2/2022).
Menurut Scholz, Berlin mengambil langkah ini karena Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua entitas separatis Ukraina, Donetsk dan Luhansk.
Scholz menyebut pengakuan yang diikuti penerjunan pasukan Rusia itu “pelanggaran serius terhadap hukum internasional”. Sebagaimana negara Barat lain, Jerman menentang pengakuan tersebut.
“Sekarang terserah kepada komunitas internasional untuk merespons aksi sepihak, tidak bisa dibenarkan, dan tidak dapat dimengerti oleh Presiden Rusia ini,” kata suksesor Angela Merkel itu.
Baca Juga: AS dan Uni Eropa Langsung Sanksi Rusia Usai Akui Kemerdekaan Donetsk dan Lugansk
Jerman selama ini enggan mengganggu proyek pipa gas Nord Stream 2 kendati situasi Ukraina memanas. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) sebelumnya mendesak Berlin menangguhkan proyek sebagai sanksi terhadap Rusia.
Jerman sendiri butuh pasokan gas alam Rusia pada masa transisi ke energi baru-terbarukan (EBT). Berlin berencana mengandalkan gas alam usai menutup pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2022.
Washington sudah mengkritik proyek Nord Stream 2 sejak era Angela Merkel. AS menyebut proyek ini akan meningkatkan ketergantungan Eropa terhadap pasokan energi dari Rusia. Nord Stream 2 juga disebut mengancam pasokan gas ke Polandia dan Ukraina.
Akan tetapi, Merkel dan Scholz selalu bersikeras mempertahankan proyek tersebut. Berlin baru mengambil keputusan tegas usai Putin mengakui kedaulatan separatis Ukraina, Senin (21/2).
“Situasinya sekarang berbeda secara fundamental,” kata Scholz.
Politikus 63 tahun itu menambahkan, Kementerian Ekonomi Jerman akan mempertimbangkan dampak kebijakan ini seiring perkembangan situasi.
“Ini jelas akan memakan waktu,” kata Scholz.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memuji Jerman yang menangguhkan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2.
“Ini langkah tepat secara moril, politis, dan praktis sesuai situasi terkini. Kepemimpinan sejati berarti keputusan tegas di masa sulit. Langkah Jerman membuktikan itu,” cuit Kuleba.
Baca Juga: Alasan Jerman Tolak Persenjatai Ukraina: Terkait Sejarah Perang Dunia dan Kontrak Gas dengan Rusia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.