KIEV, KOMPAS.TV – Rusia batal menarik puluhan ribu tentaranya dari perbatasan Ukraina, Minggu (20/2/2022). Langkah ini disebut pemimpin Amerika Serikat (AS) sebagai satu langkah lebih dekat menuju invasi ke Ukraina.
Rusia memperluas ‘latihan militer’ yang mereka lakukan di Belarusia. Latihan ini semula dijadwalkan berakhir pada Minggu, namun akhirnya kegiatan ini urung dihentikan. Latihan militer ini melibatkan sekitar 30.000 tentara Rusia, termasuk sekitar 150.000 tentara yang dikerahkan dari luar perbatasan Ukraina. Selain tantara, Rusia mengerahkan alutsista berupa tank, pesawat tempur dan artileri.
Baca Juga: Ukraina Tak Sepakat dengan AS, Merasa Tak Pantas Sebut Serangan Rusia Beberapa Hari Lagi
Pengerahan pasukan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Ukraina. Mereka khawatir pasukan Rusia akan menyapu ibukota Ukraina, Kiev, yang berpenduduk sekitar tiga juga orang dan berjarak sekitar tiga jam perjalanan darat dari perbatasan.
Warga ibukota Ukraina pun memenuhi katedral berkubah emas untuk berdoa bagi terciptanya perdamaian.
Katerina Spanchak, adalah salah satu warga Kiev yang ikut memadati biara St. Michael untuk berdoa dan menyalakan lilin agar Ukraina terhindar dari perang.
"Kita semua mencintai kehidupan, dan kita semua dipersatukan oleh cinta kehidupan kita. Kita harus menghargainya setiap hari. Itu sebabnya saya pikir semuanya akan baik-baik saja," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Presiden Ukraina Ajak Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin Bahas Soal Penyelesaian Krisis
AS dan negara-negara Eropa lain menuduh bahwa Putin telah membangun kekuatan untuk menyerang Ukraina. Negara-negara Barat telah menyiapkan sanksi besar-besaran jika Putin melakukannya.
Rusia mengadakan latihan nuklir pada hari Sabtu serta latihan konvensional di Belarus. Selain itu mereka juga melakukan latihan angkatan laut di lepas pantai Laut Hitam.
Pengumuman bahwa Rusia membatalkan janjinya untuk menarik pasukannya dari Belarusia, datang setelah terjadinya penembakan di Ukraina Timur selama dua hari. Wilayah ini dikhawatirkan akan menjadi titik awal pemicu konflik.
Presiden AS Joe Biden mengadakan mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih selama dua jam. Namun Gedung Putih tidak merinci hasil pertemuan tersebut.
"Kita berbicara tentang potensi perang di Eropa," kata Wakil Presiden AS Kamala Harris dalam sebuah konferensi keamanan di Munich, Jerman. "Sudah lebih dari 70 tahun, dan selama 70 tahun itu ... telah ada perdamaian dan keamanan,” tambahnya.
Pejabat Eropa dan AS bersikeras bahwa mereka masih berusaha mengejar diplomasi terakhir dengan Rusia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.