MOSKOW, KOMPAS.TV — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Sabtu (19/2/2022), meminta bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencari jalan keluar dari krisis yang dihadapi Ukraina, seperti dilaporkan Associated Press, Minggu (20/2/2022).
Ukraina menghadapi lonjakan tajam dalam kekerasan di dalam dan sekitar wilayah yang dikuasai oleh pemberontak yang didukung Rusia dan peringatan yang semakin mengerikan dari Barat bahwa Rusia berencana untuk menginvasi Ukraina.
“Saya tidak tahu apa yang diinginkan presiden Federasi Rusia, jadi saya mengusulkan pertemuan,” kata Zelensky di Konferensi Keamanan Munich, Sabtu. Dalam konferensi tersebut, dia juga bertemu Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris.
Zelensky mengatakan Rusia dapat memilih lokasi pembicaraannya dengan Putin.
"Ukraina akan terus mengikuti hanya jalur diplomatik demi penyelesaian damai."
Belum ada tanggapan langsung dari Kremlin terhadap permintaan Zelensky tersebut.
Zelenskyy berbicara beberapa jam setelah para pemimpin separatis di Ukraina timur memerintahkan mobilisasi militer penuh pada Sabtu, sementara peringatan para pemimpin Barat makin gencar bahwa Rusia akan segera menginvasi Ukraina.
Jerman dan Austria mengatakan kepada warganya untuk meninggalkan Ukraina, atas tanda-tanda terbaru dan ketakutan bahwa perang bisa dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Baca Juga: Putin Diyakini Bakal Serang Negara Lainnya Jika Rusia Berhasil Menginvasi Ukraina
Maskapai penerbangan Jerman, Lufthansa, membatalkan penerbangan ke ibu kota Kiev, dan ke Odessa, pelabuhan Laut Hitam yang bisa menjadi target utama dalam invasi.
Kantor penghubung NATO di Kiev mengatakan sedang merelokasi staf ke Brussel dan ke kota Lviv di Ukraina barat.
Sementara itu, pejabat tinggi militer Ukraina mendapat serangan selama tur garis depan pada konflik dengan kaum separatis yang sudah berlangsung hampir delapan tahun di Ukraina timur.
Para pejabat melarikan diri ke tempat perlindungan bom sebelum menyelamatkan diri dari daerah itu, menurut seorang jurnalis Associated Press yang ikut dalam kunjungan tersebut.
Kekerasan di Ukraina timur meningkat beberapa hari terakhir karena Ukraina dan dua wilayah yang dikuasai pemberontak saling menuduh satu sama lain melakukan eskalasi.
Rusia, Sabtu, mengatakan setidaknya dua peluru yang ditembakkan dari bagian timur Ukraina yang dikuasai pemerintah mendarat di seberang perbatasan, tetapi Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menolak klaim itu sebagai "pernyataan palsu."
Kekerasan sporadis pecah selama bertahun-tahun di sepanjang garis yang memisahkan pasukan Ukraina dari pemberontak yang didukung Rusia, tetapi serangan penembakan dan pengeboman baru-baru ini dapat memicu perang skala penuh.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.