KYIV, KOMPAS.TV - Meningkatnya ketegangan di Ukraina timur pada Jumat (18/2/2022), memperburuk ketakutan Barat akan invasi Rusia dan kemungkinan terjadinya perang baru di Eropa, di mana konvoi kemanusiaan dilaporkan terkena tembakan dan pemberontak pro-Rusia mengevakuasi warga sipil dari zona konflik.
Sebuah bom mobil menghantam kota timur Donetsk, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan, seperti dilansir Associated Press, Sabtu (19/2/2022).
Kremlin mengumumkan latihan nuklir strategis besar-besaran yang digelar Sabtu (19/2/2022), dan Presiden Vladimir Putin berjanji untuk melindungi kepentingan nasional Rusia dari apa yang dilihatnya sebagai ancaman Barat yang keterlaluan.
Sementara itu, para pemimpin Amerika Serikat dan Eropa mencari cara untuk menjaga perdamaian dan ketertiban keamanan Eropa pasca Perang Dingin.
Tindakan pada pekan inilah yang memicu kekhawatiran Barat: pejabat Amerika Serikat dan Eropa, yang berfokus pada sekitar 150.000 tentara Rusia yang ditempatkan di sekitar perbatasan Ukraina, memperingatkan konflik separatis yang telah lama memanas di Ukraina timur dapat menjadi pelatuk untuk serangan yang lebih luas dari Rusia.
Kekhawatiran langsung terfokus pada Ukraina timur, di mana pasukan Ukraina memerangi pemberontak pro-Rusia sejak 2014 dalam konflik yang telah menewaskan sekitar 14.000 orang.
Sebuah bom menghantam sebuah mobil di luar gedung utama pemerintah di kota besar timur Donetsk, menurut seorang wartawan Associated Press di sana. Kepala pasukan separatis, Denis Sinenkov, mengatakan mobil itu miliknya, kantor berita Interfax melaporkan.
Tidak ada laporan tentang korban dan belum ada konfirmasi independen tentang serangan tersebut.
Namun, ledakan dan evakuasi yang diumumkan itu sejalan dengan peringatan Amerika Serikat tentang apa yang disebut serangan tipu-tipu yang akan digunakan Rusia untuk membenarkan invasi.
Kelompok pemberontak Ukraina Timur yang pro Rusia di Luhansk dan Donetsk Ukraina atau Donbas mengatakan, mereka sedang mengevakuasi warga sipil ke Rusia.
Pengumuman itu tampaknya menjadi bagian dari upaya Moskow untuk melawan peringatan Barat tentang invasi Rusia dan sebagai gantinya menggambarkan Ukraina sebagai agresor.
Baca Juga: Pengamat: Invasi Ukraina Itu Obsesi Putin, Dia Tak akan Mundur kecuali Dipaksa Internasional
Denis Pushilin, kepala pemerintah pemberontak Donetsk mengatakan, perempuan, anak-anak dan orang tua akan pergi lebih dulu, dan Rusia telah menyiapkan fasilitas untuk mereka.
Pushilin menuduh dalam sebuah pernyataan video bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan memerintahkan serangan yang akan segera terjadi di daerah tersebut.
Metadata dari dua video yang diposting oleh separatis yang mengumumkan evakuasi itu menunjukkan bahwa file tersebut dibuat dua hari lalu, seperti dipastikan Associated Press.
Pihak berwenang Amerika Serikat menuduh rencana Kremlin memasukkan video yang sudah direkam sebelumnya itu sebagai bagian dari kampanye disinformasi.
Pihak berwenang mulai memindahkan anak-anak dari panti asuhan di Donetsk, dan penduduk lainnya naik bus ke Rusia. Antrean panjang terbentuk di pompa bensin karena lebih banyak orang bersiap untuk pergi sendiri.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.