JAKARTA, KOMPAS.TV - Tahu dan tempe identik dengan makanan khas Indonesia.
Tapi jangan salah, laris manis di pasaran tidak sebanding dengan kesulitan yang harus dihadapi para perajin makanan ini.
Naiknya harga kacang kedelai impor di pasaran yang mencapai Rp12 ribu per kilogram membuat para perajin menjerit.
Ongkos produksi yang melejit, membuat omset penjualan menurun drastis bahkan merugi.
Kedelai impor memang menjadi inti permasalahan.
Menteri perdagangan, Muhammad Lutfi mengakui saat ini 80 persen kebutuhan kedelai dalam negeri berasal dari impor.
Sementara itu, pasokan kedelai impor terganggu karena pengaruh cuaca, badai La Nina di Amerika Selatan, dan tingginya permintaan di Tiongkok.
Baca Juga: Keluhan Pedagang dan Produsen Imbas Harga Kedelai Naik: Ukuran Tahu Tempe Mengecil, Produksi Menurun
Badan pusat statistik mencatat, nilai impor kedelai pada tahun 2021 mencapai Rp21,04 triliun, dan volume impor kedelai mencapai 2,49 juta ton.
Namun besarnya impor kedelai berbanding terbalik dengan produksi kedelai lokal yang terus menurun.
Kementerian Pertanian mencatat, produksi kedelai menunjukkan tren penurunan dari tahun 2015 hingga 2019.
Di tahun 2015, produksi kedelai lokal mencapai 963,18 ribu ton.
Namun jumlah ini terus menurun.
Meski sempat mengalami kenaikan di tahun 2018, namun kembali menurun di tahun 2019 menjadi 424,19 ribu ton.
Melonjaknya harga kedelai impor itu pula yang sejatinya menjadi topik bahasan dalam rapat gabungan DPR bersama pemerintah.
Selain permasalahan sejumlah bahan pokok lainnya seperti minyak goreng.
Namun, rapat ditunda karena Menteri Perdagangan M. Lutfi tidak hadir dengan alasan tengah kunjungan kerja ke Makassar.
Langkah cepat dan tepat pemerintah tentunya dinantikan.
Apalagi tahu dan tempe menjadi bahan pangan masyarakat yang selalu dicari karena berharga ekonomis namun sangat bergizi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.