JAKARTA, KOMPAS.TV- Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar mengatakan akan mengajukan nobel perdamaian untuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah kepada panitia nominasi nobel di Norwegia.
Menurut Muhaimin, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah layak mendapatkan nobel perdamaian karena kerap terlibat dalam forum-forum perdamaian internasional.
“Pertama, saya mengajukan nobel perdamaian untuk NU dan Muhammadiyah hari ini secara resmi, bahwa untuk tahun ini secara resmi, akan mengajukan NU dan Muhammadiyah untuk sebagai dua lembaga resmi yang organisasi sangat besar untuk bisa menerima hadiah nobel,” ucap Muhaimin Iskandar, Rabu (16/2/2022).
“Tokoh dan lembaga Indonesia belum pernah satupun dapat nobel,” tambahnya.
Baca Juga: Muhaimin Minta Menaker Ida Fauziyah Kumpulkan Pimpinan Serikat Buruh Bahas JHT
Terkait usulannya, Muhaimin pun meminta agar Presiden Joko Widodo dan seluruh pihak turut mendukung.
Apalagi, belum ada satu pun tokoh atau organisasi dari Indonesia yang menerima hadiah nobel.
“Kita bertekad serius dan sungguh-sungguh mengajak semua kalangan bersama dengan Presiden memohon beliau berikan support sepenuhnya bagi usulan kita ke Norwegia,” ucapnya.
Muhaimin yang merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berharap usulannya dapat diterima untuk periode nominasi tahun ini.
Namun jika tidak dapat terkejar, Muhaimin berharap usulannya untuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mendapatkan nobel perdamaian terwujud tahun depan.
Baca Juga: Muhaimin: NU dan PKB Tidak Bisa Dipisahkan sampai Kiamat
“Kita akan susulkan segera dan bisa mengejar tahun ini, atau enggak tahun depan di masa yang akan datang. Selama bulan Maret-Agustus nanti akan ada review utama dari panitia penerima nobel dan kemudian keputusan akan diambil pada bulan Oktober,” ujarnya.
“Lalu Desember dilaksanakan pelaksanaan seremoni penerimaan hadiah nobel. Setidaknya ada waktu ke tahun depan,” tambahnya.
Sebagai informasi beberapa tokoh yang pernah memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian antara lain Barack Obama, Kofi Annan, Yasser Arafat, Nelson Mandela, Aung San Suu Kyi, dan Bunda Teresa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.