JAKARTA, KOMPAS.TV - Pihak Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mendesak pengusutan kasus tewasnya pendemo di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, usai tertembak oleh aparat.
Wakil Ketua LPSK, Maneger Nasution menegaskan, proses hukum terkait kasus tersebut harus tetap berjalan, kendati sudah ada permohon maaf dari Kapolda Sulawesi Tengah.
"Kami mendorong pihak kepolisian untuk mengusut tuntas pelakunya. Tidak hanya (hukuman) secara disiplin, tetapi juga secara pidana," kata Maneger Nasution di Jakarta, Selasa (15/2/2022).
Sebab, menurut Maneger, kejadian itu termasuk tindakan represif aparat kepolisian dalam menangani demonstrasi masyarakat.
Baca Juga: Demo Tolak Tambang Parigi Moutong Telan Korban Jiwa, Aktivis Sebut Itu "Bom Waktu" Konflik Agraria
Maneger pun meminta seluruh pihak, yang memiliki informasi terkait kasus pembubaran massa yang berujung tewasnya seorang pendemo itu, untuk memberikan keterangan kepada pihak kepolisian.
"Jika memang ada intimidasi atau potensi ancaman dari pihak tertentu, kami (tetap) mendorong mereka untuk melapor dan mengajukan perlindungan ke LPSK," imbau Nasution.
Nasution berjanji, LPSK akan memberikan perlindungan kepada para saksi dan korban, sesuai mandat dari Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban.
Selain proses hukum dan keterangan para saksi untuk kasus tewasnya pendemo, LPSK pun medesak pemerintah beserta aparat agar menuntaskan pokok masalah dari aksi demonstrasi tersebut.
Baca Juga: Mabes Polri Usut Tewasnya Satu Warga dalam Demo Tolak Tambang di Parigi Moutong
Sebelumnya, Minggu (13/2/2022), masyarakat yang mengatasnamakan Aliansi Rakyat Tani (Arti) Koalisi Gerak Tambang menggelar aksi menolak tambang emas milik PT Trio Kencana.
Tambang emas PT Trio Kencana berada di lahan konsesi di Kecamatan Kasimbar, Toribulu, dan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Dalam aksinya, massa menuntut Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah supaya menutup tambang emas tersebut.
Sebagai bentuk protesnya, para pendemo memblokir jalan Desa Siney, Kecamatan Tinombo Selatan, yang kemudian direspons oleh aparat kepolisian dengan upaya pembubaran paksa.
Saat pembubaran paksa berlangsung, salah satu demonstran yang bernama Erfaldi alias Aldi (21) tertembak oleh aparat hingga meninggal dunia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.