JAKARTA, KOMPAS.TV- Komisi Pemberantasan Korupsi mengatakan jika santri memiliki DNA antikorupsi. Sebab santri ditempa untuk selalu menebarkan manfaat bukan mengambil manfaat dari orang lain apalagi memanfaatkan.
Demikian Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Nurul Ghufron dalam keterangan sebagaimana dikutip Antara, Kamis (14/2/2022).
“Santri itu DNA-nya antikorupsi, sebab dia ditempa untuk menebar manfaat bukan memanfaatkan dan mengambil manfaat dari orang lain,” kata Ghufron.
Baca Juga: KSAD Dudung Rekrut Santri Jadi TNI Karena Akhlaknya Terjaga
Oleh karena itu, Nurul Ghufron meminta kepada santri yang ada di pondok pesantren seluruh pelosok negeri untuk ikut berjihad melawan dan memberantas korupsi .
Sebab, pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang luar biasa untuk menempa generasi penerus bangsa, terutama dalam pemberantasan korupsi.
“Pondok pesantren itu merupakan lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia. Jauh sebelum Indonesia merdeka, pondok pesantren sudah berdiri menyelenggarakan pendidikan,” ujar Ghufron.
Satu di antara ilmu yang selalu diajarkan kepada santri di pondok pesantren adalah pendidikan akhlak.
“Selain itu ada kemandirian, kerja sama, saling menghormati, keteladanan, persamaan derajat, dan tentu cinta tanah air,” ucapnya.
Oleh karena itu, kata Ghufron, tidak heran jika peristiwa bersejarah pada 10 November di Surabaya, santri berada di garis terdepan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
Baca Juga: Hadapi Bonus Demografi 2030, DMI Ajak Kiai Siapkan Santri Jadi Cendekiawan Muslim
“Karena mereka tahu bahwa saat itu yang mereka lawan adalah penjajah yang ingin merebut kemerdekaan bangsa ini,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Ghufron, tantangan adalah mewujudkan Bangsa Indonesia yang merdeka, makmur, adil, dan jauh dari korupsi.
“Karena itu jihad zaman now adalah perang terhadap korupsi. Santri harus kembali terpanggil untuk turun dan berperang melawan korupsi,” kata Ghufron.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.