ZINJIBAR, KOMPAS.TV - Lima staf Departemen Keamanan dan Keselamatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilaporkan diculik di selatan Yaman. Otoritas PBB setempat mengumumkan pada Sabtu (12/2/2022).
Menurut otoritas, para stafnya itu diculik di Provinsi Abyan pada Jumat (11/2) malam waktu setempat. Mereka kemudian dibawa ke tempat yang tidak diketahui.
Kelima staf PBB itu terdiri dari empat warga Yaman dan satu warga negara asing, tetapi tidak diungkapkan detail asal negaranya.
“PBB dalam kontak erat dengan otoritas (setempat) untuk mengamankan pembebasan mereka,” kata Russell Geekie, juru bicara PBB di Yaman dikutip The Guardian.
Para pelaku diduga berasal dari kelompok teroris Al-Qaeda cabang Semenanjung Arab, salah satu sayap paling berbahaya dari organisasi tersebut.
Baca Juga: 25 Tewas Akibat Serangan Ekstremis Bersenjata di Niger, Al Qaeda dan ISIS Dituding Pelakunya
Jajaran kepala suku setempat mengaku mereka sedang menegosiasikan pembebasan sandera dengan para penculik. Mereka enggan menyebut identitas karena khawatir aksi balasan.
Mereka menyebut penculik meminta uang tebusan dan pembebasan milisi yang ditahan pemerintah Yaman.
Pemerintah Yaman yang dimaksud adalah rezim Abdrabbuh Mansur Hadi yang hengkang ke Arab Saudi usai ibu kota Sana’a diserbu pemberontak Houthi.
Sejak 2014, serbuan Houthi mendongkel pemerintahan Mansur Hadi. Namun, komunitas internasional masih mengakuinya sebagai pemerintah sah Yaman.
Pemerintah Yaman mengonfirmasi penculikan staf PBB tersebut. Mereka mengaku sedang mengupayakan pembebasan tetapi tidak membeberkan detail lebih lanjut.
Senada dengan pemerintah, organisasi separatis Southern Transitional Council (STC) yang menguasai sebagian besar wilayah selatan Yaman, turut mengecam penculikan tersebut. STC menyatakan penculikan ini sebagai “operasi teroris”.
Insiden penculikan kerap terjadi di Yaman. Milisi yang terkait Al-Qaeda sering menculik untuk meminta uang tebusan atau menuntut pembebasan kolega.
Situasi politik di Yaman pun tidak stabil mengingat berkobarnya pemberontakan dan banyaknya kelompok bersenjata. Selain sel-sel teroris, Yaman memiliki kelompok etnis yang mempersenjatai diri.
Yaman diterpa perang sipil sejak 2014, ketika Houthi menguasai ibu kota dan sebagian besar wilayah utara.
Setelah pemberontakan Houthi, pemerintah Yaman kabur dan meminta bantuan Arab Saudi. Kini, pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi sedang mengobarkan perang lawan Houthi.
Sejak perang antara pemberontak Houthi dan koalisi Arab Saudi meletus, pengamat menyebut konflik ini telah menelan korban sekitar 130.000 jiwa, termasuk lebih dari 13.000 warga sipil.
Baca Juga: PBB Kecam Keras Serangan Udara Koalisi Arab ke Penjara Yaman, Korban Tewas Bertambah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.