JAKARTA, KOMPAS.TV - Yayak Yatmaka adalah seniman yang ikut diamankan bersama 66 warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo pada penyerbuan aparat polisi di desa itu pada 8-9 Februari kemarin.
Yayak tegas membantah narasi polisi yang menyebut, ia bersama warga Wadas diamankan.
"Saya merasa ditangkap. Bukan diamankan," tegas Yayak saat memberi keterangan dalam program Rosi Kompas TV, Kamis (10/2/2022).
Yayak bercerita, saat ditangkap, ia dibawa ke kantor polisi Bener dan menuruti semua apa yang diperintahkan polisi.
"Persis sama dengan apa yang diperintahkan pada warga yang ditahan," katanya lagi.
Namun, Yayak tidak menyebut secara detail perintah-perintah aparat kepolisian yang dimaksud.
Saat tiba di kantor polisi, Yayak bersama warga yang sudah ditangkap, duduk di lantai.
"Di Polsek itu saya dapat tempat di tengah tangga ngesot-ngesot begitu, terus tiduran di lantai Polres," ungkapnya.
Yayak mengaku ia terkapar di tempat itu bersama warga.
"Ada yang kesakitan. Ada yang kerokan. Ada yang sampai muntah-muntah," cerita Yayak.
"Ada yang pincang-pincang dan macam-macam," ujarnya.
Beragam keluhan warga yang ditangkap bersama Yayak itu karena perlakuan aparat terhadap mereka.
"Ada yang benjol-benjol, ada yang bengkak di mata," tambah Yayak.
Saat di kantor polisi itu, Yayak mengaku dirinya mungkin dibedakan dengan warga lain. Meski sama-sama ditangkap, akhirnya ia digandeng polisi.
"Mungkin ada beberapa polisi yang mengenali, bahwa saya dianggap sebagai intel Komnas HAM, karena saya kenal Beka," kata dia.
Beka yang dimaksud Yayak adalah Beka Ulung Hapsara, Komisioner Komnas HAM.
"Meskipun dengan cara saya, saya kemudian digandeng oleh mereka, saya tidak melalui sikap yang keras," katanya.
"Saya juga petugas. Petugas kemanusiaan yang di bawah perlindungan Komnas HAM," terang Yayak sedikit menirukan aparat kepolisian dengan kalimat saktinya: "saya petugas".
Baca Juga: Soal Konflik Lahan Wadas, Ini Perbedaan Pandangan Ganjar Pranowo dengan YLBHI
Seniman kritis sejak Orde Baru itu mengaku ditangkap polisi saat mencoba mengamankan dan mencari-cari anak-anak yang berada dalam kepungan aparat.
"Kami sebelumnya sudah melakukan latihan mitigasi atas segala apa pun yang terjadi ketika ada pertemuan warga dengan pemerintahan yang didampingi ribuan polisi," terangnya.
Sejak mencoba masuk Wadas, Yayak sudah melihat desa itu sudah dikepung ribuan aparat kepolisian. Ia datang bersama rombongan LBH Yogyakarta yang juga kuasa hukum warga Wadas penolak tambang.
"Sejak kami masuk, di jalan perbatasan Wadas itu sudah ada ribuan polisi yang menakutkan dengan peralatan yang siap menggebuk rakyat yang kira-kira akan melawan," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.