MOSKOW/ISTANBUL, KOMPAS.TV - Enam kapal perang Rusia berlayar dari Laut Mediterania menuju ke Laut Hitam untuk latihan angkatan laut. Hal ini terjadi di tengah ketegangan krisis Ukraina.
Seperti dilaporkan kantor berita Interfax mengutip Kementerian Pertahanan Rusia hari Selasa (8/2/2022), pergerakan kapal perang dan sumber daya militer mereka sudah direncanakan sebelumnya.
Rusia pada Januari 2022 lalu mengumumkan angkatan lautnya akan menggelar latihan seluruh armadanya pada Januari dan Februari, dari Pasifik hingga Atlantik, dalam unjuk kekuatan terbaru perangkat dan kegiatan militer selama kebuntuan dengan Barat terkait Ukraina.
Tiga dari kapal tersebut melewati selat Turki ke Laut Hitam pada hari Selasa, dan sumber-sumber Turki mengatakan tiga lainnya diperkirakan akan berlayar melewati Turki pada hari Rabu.
Kapal-kapal perang itu adalah termasuk Korolev, Minsk dan Kaliningrad, ketiganya kapal pendarat tipe Ropucha Class, yang berlayar melewati selat Bosphorus Selasa, sedangkan tiga kapal pendarat yang lebih baru, Pyotr Morgunov, Georgy Pobedonosets, dan Olenegorsky Gornyak dijadwalkan melewati Selat Bosphorus pada hari hari ini Rabu (9/2)
Rusia menggelar lebih dari 100.000 tentara dan perangkat tempur di perbatasan Ukraina, menyangkal tudingan Barat dan Amerika Serikat (AS) mereka akan menyerbu Ukraina namun menuntut jaminan keamanan menyeluruh, termasuk janji tidak ada penempatan rudal di dekat perbatasannya, pengurangan infrastruktur militer NATO dan larangan Ukraina bergabung dengan NATO.
Baca Juga: Rusia dan AS Bentrok di Sidang Dewan Keamanan PBB, Moskow Kecam Sanksi Sepihak Barat
Secara hukum, anggota NATO Turki dapat menutup selat untuk transit jika Rusia mengambil tindakan militer terhadap Ukraina.
“Turki berwenang untuk menutup selat bagi semua kapal perang asing di masa perang atau ketika terancam agresi. Juga, berwenang untuk menolak transit ke kapal dagang milik negara-negara yang berperang dengan Turki," kata Yoruk Isik, seorang analis geopolitik dan kepala konsultan Bosphorus Observer yang berbasis di Istanbul.
Turki, yang berbagi perbatasan laut dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam, mengatakan konflik militer apa pun tidak dapat diterima dan mengatakan kepada Moskow bahwa invasi apa pun tidak bijaksana.
Namun Presiden Tayyip Erdogan juga menawarkan untuk menengahi perselisihan antara Moskow dan Kyiv.
Ankara memiliki hubungan baik dengan kedua negara, meskipun Erdogan mengatakan akan melakukan apa yang diperlukan sebagai anggota NATO jika terjadi invasi Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan pada hari Selasa setelah pembicaraan di Kremlin dengan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin, dirinya yakin langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi eskalasi krisis dan meminta semua pihak untuk tetap tenang.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.