WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa serangan siber Rusia akan berperan dalam invasi ke Ukraina.
Hal itu diungkapkan oleh Gedung Putih, Selasa (1//2/2022).
Pernyataan Gedung Putih dilakukan saat mengirimkan Penasihat Deputi Keamanan Nasional untuk Siber dan Teknologi Terkini, Anne Neurberger ke NATO.
Ia ditugaskan pada sebuah misi untuk mempersiapkan sekutu demi mencegah, dan mungkin mengganggu serangan siber Rusia di Ukraina.
Baca Juga: China Tunjukkan Dukungan ke Rusia di PBB, Sebut Tak Akan Ada Perang dengan Ukraina
Juga untuk bersiap menghadapi kemungkinan bahwa sanksi terhadap Moskow akan menyebabkan gelombang serangan siber pembalasan di Eropa dan AS.
Kedatangan Neurberger itu juga menggarisbawahi penilaian intelijen baru-baru ini bahwa serangan ke Ukraina hampir pasti akan didahului serangan siber baru pada jaringan listrik Ukraina, sistem komunikasi, dan kementerian pemerintahnya.
Semua sistem tersebut telah menjadi target serangan Rusia selama enam tahun terakhir.
“Kami telah memperingatkan selama pekan dan bulanan, baik secara publik atau pribadi, bahwa serangan siber akan menjadi upaya Rusia yang berbasis luar untuk mengacaukan dan menginvasi Rusia,” bunyi pernyataan Gedung Putih dikutip dari The New York Times.
Neurberger dilaporkan telah tiba di Kantor Pusat Brusel, dan melanjutkan perjalanan ke Polandia, bertemu dengan pejabat negara itu yang bertanggung jawab terhadap pertahanan siber.
Baca Juga: Kokain Palsu Tewaskan 16 Orang di Argentina, Diduga Dicampur Zat Beracun Mematikan
Neurberger akan memberitahu anggota NATO bahwa pada beberapa tahun terakhir mereka telah menyaksikan adanya pertempuran kecil siber, tetapi tak ada perang siber.
“Jenis-jenis tindakan siber yang mengganggu atau merusak yang mungkin terjadi selama konflik berbeda dalam lingkup, jenis dan kecanggihan dari jenis-jenis insiden yang telah kita lihat selama masa damai,” bunyi pernyataan Gedung Putih mengenai apa yang akan dikatakan Neurberger.
Pada Januari lalu sejumlah laman situs pemerintah Ukraina telah diserang oleh peretas.
Microsoft memperingatkan bahwa terdeteksi sebuah malware berbahaya di jaringan komputer pemerintah dan pribadi di negara tersebut.
Sumber : The New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.