JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memprediksi, puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia bakal terjadi pada akhir Februari 2022.
Maka dari itu, Budi mengimbau kepada masyarakat untuk lebih memperketat lagi penerapan protokol kesehatan (prokes) agar penyebaran virus Corona varian Omicron tak terlalu meluas.
Dengan melihat kondisi di beberapa negara, kasus Omicron bisa saja meningkat dua hingga tiga kali lipat saat mulai memasuki fase puncaknya.
"Kita masih belum tahu berapa jumlahnya pada saat puncak kasus akan terjadi di Indonesia. Perkiraan kami puncak akan terjadi di akhir Februari," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Senin (31/1/2022).
Baca Juga: Yogyakarta Konfirmasi 1 Kasus Positif Covid-19 Varian Omicron, Kebijakan Operasional akan Diketatkan
Sebagai langkah antisipasi, Budi pun menuturkan bahwa pemerintah telah memastikan ketersediaan dan kelengkapan obat untuk penanganan pasien Covid-19.
"Kami sudah memastikan bahwa obat-obatan itu lengkap, kalau tanpa gejala pasien cukup minum vitamin," terang Budi.
"Kalau dengan gejala, (pasien) bisa mendapatkan obat anti panas lewat telemedisin serta obat antivirus," sambungnya.
Adapun, obat antivirus yang direkomendasikan oleh lima organisasi profesi dan para ahli kedokteran yakni favipiravir dan molnupiravir.
Dari rekomendasi itu, Kemenkes lantas menyiapkan lebih dari 20 juta dosis, tapi kedua obat tersebut harus ditebus oleh pasien dengan menggunakan resep dokter.
Baca Juga: Penelitian Farmasi di Jepang Simpulkan Ivermectin Efektif Lawan Omicron
"Kami harapkan mudah-mudahan dengan semua yang sudah kita lakukan dapat terhindar dari Covid-19," tutup Budi.
Sebagai informasi, seperti yang disebutkan oleh Menkes tadi, sejumlah negara saat ini memang tengah menghadapi puncak kasus Omicron dengan kondisi yang berbeda-beda.
Ada yang jumlah kasus Omicron di sana lebih tinggi daripada varian Delta, namun yang sebaliknya juga tetap ada.
Contohnya, Amerika Serikat dengan 800.000 kasus Omicron per hari saat puncaknya, beriringan dengan temuan 250.000 kasus varian Delta dalam periode waktu yang sama.
Kondisi serupa, yakni kasus Omicron lebih banyak dibanding varian Delta, juga terjadi di negara lain seperti Prancis, Brasil, dan Jepang.
Sementara itu, negara-negara seperti India, Inggris, dan Afrika Selatan justru mengalami kondisi sebaliknya, yakni kasus Covid-19 varian Delta masih mendominasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.