LONDON, KOMPAS.TV - Covid-19 varian Omicron BA.2 telah muncul di sejumlah negara di dunia, dan diyakini lebih menular dibandingkan varian Omicron original.
Munculnya Omicron BA.1 pada akhir tahun lalu, yang disebut sangat menular membuat kasus positif Covid-19 di seluruh dunia kembali meninggi.
Kini, setidaknya 400 orang telah terinfeksi Omicron BA.2 pada 10 hari pertama Januari di Inggris, serta di lebih dari 40 negara lainnya.
Denmark dikabarkan memiliki angka kasus terbesar dengan 79 persen kasus terdeteksinya positif Omicron BA.2.
Baca Juga: Kisah Memilukan Ibu Satu Anak di India yang Digunduli, Dipukuli, Diperkosa Ramai-ramai, lalu Diarak
Kemudian diikuti dengan Inggris (6 persen), India (5 persen), Swedia (2 persen) dan Singapura (2 persen).
Kasus Omicron BA.2 juga terdeteksi di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat (AS), termasuk California, Texas, dan Washington.
Meningkatnya penderita Omicron BA.2 dengan cepat membuat varian ini mampu menular dengan lebih cepat dibanding varian original virus Corona itu.
Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), Omicron BA.2 masuk dalam varian yang tengah diawasi.
“Sudah menjadi sifat dari virus ini untuk berkembang dan bermutasi, jadi hal ini sudah diperkirakan, kita akan melihat varian baru selama pandemi berlangsung,” ujat Direktur Insiden UKHSA Meera Chand dikutip dari DW.
Chand mengatakan untuk Omicron BA.2, analisis masih dilakukan.
“Sejauh ini, belum ada cukup bukti untuk menentukan apakah BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah dari Omicron BA.1,” tambahnya.
Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, munculnya varian baru menunjukkan pentingnya vaksinasi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Kurva Kasus Covid-19 Mulai Datar di Beberapa Bagian India tapi Omicron Masih Melonjak
“Saya mendorong Anda untuk mengatakan munculnya varian baru menunjukkan pentingnya vaksinasi yang berkelanjutan," ujar Javid.
“Saya mendorong agar Anda mendorong diri dan memberikan orang yang Anda cintai perlindungan terbaik, dan segera mendapatkan booster sekarang,” tuturnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi Prancis, Antoine Flahault, mengungkapkan pendapatnya atas varian baru ini.
“Yang mengejutkan kami adalah kecepatan penularan sub-varian ini, yang telah beredar luas di Asia dan menguasai Denmark,” katanya.
Sumber : DW
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.