Simak Cara Cek Lokasi Vaksin Booster Covid-19 Melalui Google Maps

JAKARTA, KOMPAS.TV - Lokasi vaksinasi booster Covid-19 di Jakarta kini sudah bisa dilihat melalui aplikasi Google Maps.

Guna mempermudah menemukan lokasi vaksinasi booster Covid-19, masyarakat dapat dengan mudah mengeceknya melalui dengan menuliskan 'vaksin Covid-19' di Google Maps.

Nantinya masyarakat akan diarahkan untuk menemukan lokasi vaksinasi terdekat. 

Bagi masyarakat yang ingin memperoleh vaksin booster Covid-19 dapat terlebih dahulu mendaftar online melalui aplikasi JAKI atau situs corona.jakarta.go.id/vaksinasi.

Warga yang mendaftar secara online dapat leluasa memilih sendiri waktu dan tempat vaksinasi, sekaligus bisa juga melakukan pre-screening tes online.

Baca Juga: Wagub Ahmad Riza Ajak Komunitas di Jakarta Buat Sentra Vaksin untuk Percepat Vaksinasi Booster

Sebagai informasi, data terakhir yang dipaparkan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, per Sabtu (22/1/2022) kemarin, terjadi penambahan kasus aktif sebanyak 1.364 kasus sehingga kini kasus aktif di Jakarta total mencapai 7.840 orang.

"Perlu digarisbawahi bahwa 5.890 orang dari jumlah kasus aktif (75,1 persen) merupakan transmisi lokal, sedangkan sisanya adalah pelaku perjalanan luar negeri," kata Dwi dalam keterangan tertulis, Sabtu.  

Kenaikan kasus aktif beriringan dengan penambahan kasus positif harian yang kembali melonjak hingga angka 1.825 orang, Sabtu kemarin. 

Sementara itu, angka kasus Covid-19 varian Omicron saat ini sudah mencapai 1.313 orang. 

Dwi menjelaskan, dari 1.313 orang, sebanyak 854 orang adalah pelaku perjalanan luar negeri, sedangkan 459 lainnya adalah transmisi lokal.

Baca Juga: Kondisi Covid-19 Jakarta; Kasus Aktif Tembus 7.000, Omicron Capai 1.313 Kasus, Positivity Rate 5,8%

"Mengimbau agar masyarakat juga mewaspadai penularan virus varian Omicron yang kini juga meningkat di Jakarta," pesan Dwi. 

Positivity rate atau persentasi kasus positif selama sepekan di Jakarta kini menjadi 5,8 persen. Persentase ini sudah melebihi batas Badan Kesehatan Dunia atau WHO yang menetapkan standar positivity rate tidak boleh lebih dari 5 persen.