YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Krisis iklim berpotensi menghadirkan berbagai bencana, termasuk kelaparan massal. Populasi dunia yang semakin bertambah seiring rusaknya lingkungan membuat kelaparan massal seolah tak terhindarkan.
Kalangan ilmuwan pun berupaya mencari solusi atas ancaman kelaparan dan malnutrisi massal ini. Selain membuat rekomendasi antisipasi krisis iklim, ilmuwan juga merekomendasikan budidaya superfood.
Superfood atau makanan super adalah suatu makanan yang kaya nutrisi dan manfaat bagi kesehatan manusia.
Salah satu calon superfood yang diidentifikasi ilmuwan adalah tanaman asal Ethiopia, enset. Tanaman mirip pisang ini hampir tidak dikenal di luar Ethiopia.
Enset, juga disebut “pisang palsu”, adalah kerabat dekat pisang. Tanaman ini hanya diolah di bagian tertentu Ethiopia.
Baca Juga: 1 Oktober Hari Kopi Sedunia, Kisah Unik Penemuan Kopi oleh Penggembala Kambing di Ethiopia
Buah enset tidak bisa dimakan. Namun, batang bertepung dan akarnya umum dikonsumsi dan bisa dibuat menjadi bubur atau roti.
“Ini (enset) adalah tanaman yang bisa mengemban peran sangat penting dalam mengatasi ketersediaan makanan dan pembangunan berkelanjutan,” kata Wendawek Abebe, doktor biologi dari Univestas Hawassa Ethiopia, kepada BBC.
Tanaman enset mudah dibudidayakan dan dapat dikembangkan di lingkungan yang bervariasi. Enset dan kerabat dekatnya tumbuh secara liar di berbagai tempat di Afrika.
Meskipun demikian, hanya sekitar 20 dari 115 juta penduduk Ethiopia yang memanfaatkannya sebagai makanan pokok. Di luar negara itu, enset semakin tidak dikenal lagi.
Padahal, enset diperkirakan bisa membantu ketersediaan pangan di bawah ancaman krisis iklim.
Melalui survei agrikultur dan kerja permodelan, kalangan ilmuwan memprediksi enset bisa memberi makan lebih dari 100 juta orang selama empat dekade ke depan di berbagai negara Afrika, termasuk Kenya, Uganda, dan Rwanda.
Itu pun tidak perlu upaya budidaya yang ketat. Cukup ditanam pada waktu senggang, enset dapat dipanen dan diolah secara rutin.
“Anda dapat menanamnya sewaktu-waktu, Anda dapat memanennya sewaktu-waktu dan itu tahan lama. Itulah mengapa mereka menyebutnya sebagai pohon lawan kelaparan,” kata James Borrell, peneliti dari Kebun Botani Kerajaan Inggris Raya.
Seiring ancaman krisis iklim yang semakin dekat, Borrell menyebut keragaman makanan pokok diperlukan, terutama yang bisa tahan dengan berbagai macam cuaca.
“Kita harus mendiversifikasi spesies-spesies tanaman yang kita pakai secara global karena telur (makanan) kita ada di keranjang yang sangat sempit saat ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Dampak Krisis Iklim: Gletser Afrika akan Sepenuhnya Mencair dalam Dua Dekade
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.